Waspada Anak Pendek, Bisa Kurang Hormon Hingga Stunting

Kasus stunting di Indonesia termasuk di Kota Semarang menjadi perhatian khusus pemerintah. Stunting memiliki salah satu tanda dengan kurang maksimalnya tumbuh kembang anak seperti tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya.


Dokter konsultasi endokrin anak, Dr. dr. Agustini Utari, Sp. A (K), M.Si.Med menjelaskan tumbuh kembang anak memang selalu menjadi perhatian orang tua terutama jika anak mengalami keterlambatan tumbuh kembang salah satunya tinggi badan. 

Namun tidak idealnya tinggi badan pada anak atau anak yang pendek tidak selalu disebabkan karena malnutrisi kronik penyebab stunting. 

Ia menyebutkan hal tersebut bisa karena kondisi tubuh anak yang kekurangan hormon yakni seperti hormon pertumbuhan, hormon tiroid hingga kelainan kromosom.

“Perawakan pendek banyak penyebabnya jadi sulit mengatakan apa yang paling sering terjadi. Tapi ada juga perawakan pendek karena gangguan hormonal misalnya kurang hormon pertumbuhan, hormon tiroid atau gangguan kromosom, kelainan penulangan, penyakit kronis hingga stunting,” kata dr. Agustini dalam acara seminar tumbuh kembang anak yang diadakan okeh SMC RS Tlogorejo Semarang, Sabtu (28/1).

Perawakan pendek menurut dr. Agustini memang banyak jenisnya termasuk juga ada perawakan pendek normal yang memang sudah ada dalam keluarga atau keterlambatan pertumbuhan konstitusional. 

Biasanya yang datang ke dokter adalah mereka dengan variasi normal atau yang kekurangan hormon pertumbuhan, hormon tiroid dan kelainan kromosom.

“Kalau yang kekurangan hormon bisa kita perbaiki dengan memberikan tambahan hormon yang kurang tersebut namun harus melalui berbagai pemeriksaan baru bisa menentukan pengobatan apa saja yang diperlukan. Tapi tidak selalu bisa diobati, tergantung penyebab, makanya bisa datang ke dokter untuk konsultasi penyebabnya lebih dini,” bebernya.

Ia mengatakan proses perbaikan kondisi perawakan pendek ini sebaiknya dilakukan sebelum anak berusia 17 tahun. Pasalnya setelah 17 tahun, maka pertumbuhan tulang akan mulai menutup dan sulit untuk diperbaiki. 

“Jadi semakin dini kita mendeteksi perawakan pendek maka kita akan lebih siap untuk mengobati dan kesempatan tulang tersebut belum menutup,” lanjutnya.

Dr. Agustini berharap para orang tua peka terhadap tumbuh kembang masing-masing anaknya. Jika memang ditemukan pertumbuhan anak yang berbeda dengan teman sebayanya bisa langsung dikonsultasikan kepada dokter untuk dicari penyebab dan solusinya.

“Kadang-kadang tidak ada ciri yang terlalu khas karena orang tua kadang menganggap normal tapi hati-hati dan paling tepat kota memantau lewat kurva pertumbuhan yang bisa kita download dari ikatan dokter Indonesia jadi akan bisa dipantau terus,” paparnya.

Ia juga menjelaskan bahaya yang mungkin akan didalami kedepannya jika anak mengalami perawakan pendek. Namun Hahaha tersebut memang tergantung dari kelainan penyebabnya. 

“Misalnya kalau kekurangan hormon pertumbuhan ini bisa mengganggu pubertasnya dan mungkin kalau anak laki-laki itu penisnya kecil dan efeknya panjang dan juga umur tulang sudah sulit dikejar,” imbuhnya.

Ia menyarankan kepada para orang tua maupun calon orang tua tang tengah hamil bisa memperhatikan asupan gizi dan nutrisi calon anak dan anak-anaknya. 

Terlebih pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, asupan nutrisi yang masuk sangatlah penting agar tumbuh kembang anak memiliki hasil yang maksimal.

“Jangan lupa monitoring pertumbuhan seperti berat badan, tinggi badan, lingkar badan sejak bayi dan harus diamati dan diskusikan dengan dokter anak masing-masing apakah masih dalam range yang normal dan kalau ada masalah segera lakukan konsultasi sehingga bisa melakukan deteksi dini jika ada kelainan,” pesannya.

Sementara itu, Manajer Pelayanan Pelanggan, Humas dan Digital Marketing SMC RS Tlogorejo Semarang, Faizal Arif Darmawan mengatakan melalui seminar ini diharapkan bisa memberikan edukasi kepada orang tua yang memiliki balita maupun calon orang tua agar lebih peka terhadap kondisi tumbuh kembang anak.

“Harapannya melalui peran orang tua dalam mengawasi pertumbuhan anak, bisa membuat tumbuh kembang anak lebih baik,” jelas Faizal.

Dalam seminar yang diikuti oleh 120 peserta ini, juga diadakan lomba best costum dan foto anak yang diunggah di laman media sosial. 

Melalui lomba ini, diharapkan orang tua juga bisa mengetahui seberapa jauh proses tumbuh kembang sang buah hati.

“Penilaiannya keunikan, fotogenik dan perayaan hari raya Imlek. Acara ini sebagai edukasi orang tua agar lebih aware terhadap tumbuh kembang anaknya,” tandasnya.