Interaksi sosial merupakan salah satu bagian tidak terpisahkan dari kebutuhan manusia.
- Tekan Kasus DBD dengan Metode Wolbachia
- BPJS Kesehatan Defisit Anggaran, Ketua DPR Minta Peserta Disiplin Bayar Iuran
- Sambut HUT, Kodim Purworejo Gelar Baksos dan Bazar UMKM
Baca Juga
Interaksi sosial merupakan salah satu bagian tidak terpisahkan dari kebutuhan manusia.
Namun begitu, menyikapi situasi saat ini pembatasan sosial yang muncul akibat pandemi Covid-19 menyebabkan gangguan tersendiri bagi sejumlah orang yang kerap disebut dengan istilah "deprivasi sosial".
"Deprivasi sosial adalah kondisi di mana ada pembatasan untuk bersosialisasi, sehingga seseorang ini kurang memiliki kesempatan interaksi sosial yang tidak sebanyak biasanya. Dengan kata lain, ada kelangkaan dalam interaksi, sehingga ada kesenjangan akan kebutuhan ini," papar Clinical Psychology Bicarakan.id Vivian Chandra M.Psi dalam program Bincang Sehat bertajuk "Deprivasi Sosial Di Tengah Pandemi" yang diselenggarakan secara virtual oleh Kantor Berita Politik RMOL pada Jumat (11/12).
Dia menjelaskan, meski gejala dan ciri deprivasi sosial yang dialami oleh seseorang bisa berbeda dengan orang lainnya, namun secara umum ada hal yang bisa diperhatikan.
"Ciri-ciri deprivasi sosial bisa dilihat dari misalnya seseorang itu merasakan bosan yang berkepanjangan, menarik diri dari lingkungan sosial, pola tidur dan makan bisa berantakan atau emosial yang bisa dengan cepat berubah dan naik turun, serta munculnya rasa cemas berlebih," jelasnya.
Vivian menilai, munculnya perasaan cemas atau bosan di tengah pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai saat ini sebenarnya merupakan hal yang wajar selama tidak berlebihan dan masih bisa diatasi. Terlebih pandemi juga memicu sejumlah efek domino lainnya bukan hanya dari segi kesehatan, tapi juga ekonomi, finansial dan sosial.
"Tapi yang perlu kita ingat saat ini adalah kita tidak sendirian. Karena kita semua saat ini sedang mengalami kondisi tidak biasa secara bersama-sama. Cari dukungan sosial terdekat atau berkonsultasi dengan psikolog," tandasnya.
- Tingkat Kesembuhan Capai 94 Persen, Berharap Level PPKM di Semarang Akan Naik
- Cerianya Anak Penyandang Thalassemia Sosialisasi di Alun-alun Batang
- Percepat Herd Immunity, Djarum Foundation Luncurkan Sentra Vaksinasi dan Tim Vaksin Keliling di Kabupaten Semarang