Wujudkan Mimpi Big Data Pertanian Jawa Tengah Lewat Aplikasi Tandhur

Anindita Pradana Suteja dan Albertus Gian saat menjelaskan cara kerja aplikasi Tandhur kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Selasa (16/11/2021). / foto: jatengprov.go.id
Anindita Pradana Suteja dan Albertus Gian saat menjelaskan cara kerja aplikasi Tandhur kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Selasa (16/11/2021). / foto: jatengprov.go.id

Trio Albertus Gian, Anindita Pradana Suteja, dan Pandu Yudha, tiba-tiba muncul layaknya Athos, Porthos, dan Aramis, dalam film the Three Musketeers (2011).


Film yang diadaptasi dari karya novelis Prancis, Alexandre Dumas, itu mengisahkan tiga sahabat yang menyebut diri mereka the Three Musketeers dalam sebuah misi untuk menemukan tiga buah kunci yang dapat membuka ruangan rahasia istana.

Bedanya dengan Trio Gian, Anin dan Pandu, mereka ini berupaya mewujudkan mimpi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, untuk membangun big data pertanian di provinsi ini.

Gian, yang bernama lengkap Albertus Gian Dessayes Adriano menuturkan, misi tentang membangun big data pertanian itu bermula dari tantangan yang diberikan Ganjar Pranowo pada 27 November 2020 silam.

‘’Waktu itu, lewat sebuah podcast, kepada saya dan Anindita, Pak Ganjar meminta kami membuat sebuah sistem yang dapat memonitoring sekaligus mengevaluasi sektor pertanian di Jawa Tengah,’’ ungkap pria disapa Gian itu dalam perbincangan dengan RMOL Jateng, Kamis (18/11/2021).

Aplikasi Tandhur

Hanya berselang dua minggu setelah pertemuan dengan Ganjar, Gian dan Anindita berhasil membuat sebuah sistem pengelolaan sektor pertanian di Jateng. Mereka menamakannya aplikasi Tandhur. Sebuah sistem yang dibuat khusus untuk mendata siapa, tanam apa, di mana, berapa luas lahan, perhitungan finansial pertanian sampai estimasi produksi hasil pertanian.

Gian menjelaskan, sistem yang ditawarkan itu berbentuk software.  Sistem itu nantinya akan digunakan untuk melengkapi data dan program yang sudah dijalankan di Jateng, yakni Kartu Tani.

‘’Saat ini, aplikasi Tandhur itu tengah dalam proses dibuatkan hak patennya. Sistem ini sekaligus menyempurnakan Kartu Tani yang sudah diberlakukan oleh Pak Ganjar di Jawa Tengah,’’ ungkap anak muda lulusan Advance Material Science and Engineering dari Imperial College London, Inggris, tahun 2017, ini.

Sewaktu di Inggris, bersama Anindita yang lulusan master bisnis internasional Universitas Manchester, mereka bersama beberapa temannya telah membuat embrio sebuah perusahaan sendiri yang diberi nama Beehive Drones. Setelah menamatkan pendidikan, mereka pun kembali ke Tanah Air dan menerapkan ilmunya di sini. Beehive Drones resmi berdiri pada 2018. Gian sebagai founder dan CEO (Chief Executive Officer), dan Anindita sebagai co-founder dan COO (Chief Operating Officer).

Anindita Pradana Suteja, Pandu Yudha dan Albertus Gian. / foto: jatengprov.go.id

‘’Kami telah bekerjasama dengan sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan kehutanan, salah satunya melakukan penyemprotan herbisida melalui drone,’’ papar Gian.

Di Indonesia, keduanya bertemu dengan Pandu Yudha, yang sehari-hari dosen UGM Yogyakarta. Bersama Pandu, mereka kemudian mendirikan PT Lumbung Muncul Sejahtera pada 2020, yang menjadi sister company dari Beehive Drones.

‘’Melalui aplikasi Tandhur, kami akan menyelaraskan program Kartu Tani yang sudah ada. Kami akan membuat sistem algoritma untuk mengetahui komoditas apa yang cocok ditanam di lahan milik petani, berapa kebutuhan pupuk dan herbisida, berapa proyeksi hasil panen, dll, ringkasnya membantu petani untuk menyiapkan biaya produksi, proyeksi pendapatan yang bakal diterima, dan sekaligus pemasaran produknya,’’ jelas Gian.

Desember mendatang, kata Gian, mereka akan melakukan ujicoba di 6 eks karesidenan di Jateng. Pihak dinas terkait, kata dia,  sudah diminta berkoordinasi dan bekerjasama untuk segera eksekusi di lapangan.

‘’Visi kami,  bagaimana agar bisa aplikasi ini bisa digunakan secara sederhana, dengan hasil optimal untuk membantu para petani kecil di Jateng. Kami sudah berpengalaman melayani industri pertanian profesional, semoga big data pertanian ini juga bisa dinikmati para petani kecil,’’ tegasnya.

Pandu Yudha menambahkan, sistem Tandhur merupakan aplikasi yang sangat sederhana. Sistem itu nantinya akan merepresentasikan posisi lahan di Jateng untuk mengetahui berapa luas lahan pertaniannya.

"Selain itu, kami juga melakukan mapping lahan dari sisi karakteristiknya seperti apa. Dengan mapping itu, maka akan diketahui lahan itu cocok untuk digunakan komoditas tanaman apa," jelasnya.

Tak hanya itu, sistem tersebut juga bisa melihat seperti apa perilaku petani dalam budidaya serta penggunaan sarana produksinya. Konsumsi pupuk dan penggunaan bahan kimia dapat terdeteksi untuk dianalisis dari segi finansialnya.

"Output akhir adalah kami bisa memetakan estimasi hasil produksi. Karena ini penting untuk menentukan harga, melihat suply and demand termasuk penentuan spot dan zona produksi. Semua itu nantinya akan terintregasi hanya dalam satu sistem ini," jelas Pandu yang bertindak sebagai pimpro aplikasi Tandhur ini.

Drone milik Beehive Drones yang digunakan untuk penyemprotan herbisida dan pupuk, termasuk untuk pemetaan aplikasi Tandhur. / dok. Beehive Drones.

Gian menambahkan, semua fitur aplikasi  Tandhur akan diujicobakan di lapangan. Petani akan dapat mengetahui secara presisi 89-92 persen, apakah komoditas ini cocok ditanam di tanahnya, apakah cocok ditanam varietas rojolele atau varietas lain, berapa dosis pupuk, berapa estimasi biaya produksi, hingga estimasi berapa ton padi yang dihasilkan kelak.

‘’Aplikasi ini boleh jadi pertama di Indonesia dan juga di dunia. Data seperti itu biasa dilakukan perusahaan besar. Di negara-negara maju seperti AS, Eropa dan Australia, sudah memiliki big data. Tapi, di Asia Tenggara, big data pertanian masih belum ada. Baru di Jateng ini yang punya,’’ imbuh Gian.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan siap mendukung terwujudnya sistem itu. Kepada Gian, Anindita dan Pandu, Ganjar meminta sistem itu segera diujicobakan.

"Ini keren, dari paparannya sudah sesuai dengan keinginan saya. Saya minta segera diujicobakan. Jangan lama-lama, kalian butuhnya apa langsung bilang ke kami," ujar Ganjar, usai paparan yang disampaikan Gian, Anindita dan Pandu di rumah dinas Puri Gedeh, Selasa (16/11/2021).

Ganjar mengaku, sudah sejak lama ingin memperbaiki sektor pertanian. Perbaikan hanya bisa dilakukan jika data pertanian benar-benar akurat.

"Jadi mimpi saya itu pengen punya data, siapa, tanam apa, di mana, luas lahan berapa dan kalau panen estimasinya berapa. Kalau data itu bisa kita miliki, maka kebijakan-kebijakan pertanian akan tepat sasaran," jelasnya.

Tak hanya itu, data tersebut juga penting dalam upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan data itu, maka pemerintah bisa mengetahui apakah pangan surplus atau tidak, apakah butuh impor atau tidak dan sebagainya.

"Sehingga kita tidak berkelahi terus soal itu. Ini lho datanya sudah ada. Sekaligus dengan data ini kan kita jadi tahu, besok musim panen padi, kira-kira panen sekian ton. Jualnya ke mana. Cabai, jagung, kedelai dan lainnya. Bahkan lebih jauh kita bisa mengendalikan soal harga, sehingga petani tidak terus merugi," pungkasnya.

Kini, mimpi Ganjar untuk mewujudkan big data pertanian ada di tangan the Three Musketeers Gian, Andindita dan Pandu. Mampukah mereka menjalankan misi tersebut? Kita tunggu saja!