20 Tahun Reformasi, Indonesia Perlu Konsep Baru

Aktivis mahasiswa era 80, Syahganda Nainggolan, menyoroti demokrasi liberal, desentralisasi, free market dan neo liberalism dalam 20 tahun reformasi di Indonesia.


Hal tersebut disampaikannya dalam Diskusi publik Forum Alumni Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (FA PETISI) dengan pembahasan 'Menggugat 20 Tahun Reformasi-Daulat Rakyat Dapat Apa?'

"Saya membahasnya di sini ada tiga, yang pertama saya menyoroti demokrasi liberal, yang kedua desentralisasi dan yang ketiga itu tentang demokrasi ekonomi free market dan neoribelalism," ujarnya di Rumah Kedaulatan Rakyat, Setia Budi, Jakarta Selatan, Minggu (20/5).

Syahganda menjelaskan jika demokrasi liberal yang tadinya dimaksudkan untuk mendorong adanya partisipasi publik dan civil society saat ini terjebak berhadapan dengan berbagai fenomena antara lain munculnya populisme, munculnya radikalisme islam dan oligarki pemilik modal yang ingin ikut menentukan arah politik kita.

Demokrasi liberal juga mengalami pemusnahan akibat turut campurnya kekuatan oligarki ekonomi dalam politik.

Sementara Syahganda memandang desentralisasi kita harus dipikirkan ulang karena telah melenceng dari garis yang seharusnya.

"Pengalaman kita dalam desentralisasi juga harus dipikirkan ulang. Kekuasaan lokal yang berkembang, dengan otoritas kekuasaan yang sangat besar, serta politik uang dalam electoral menjadikan cita-cita desentralisasi melenceng," lanjutnya.

Menurutnya buruknya situasi desentralisasi politik paska reformasi menuntut adanya perubahan besar sistem kenegaraan kita dan koreksi atas kekuasaan lokal harus dilakukan.

Ia juga menjelaskan jika selama 20 tahun reformasi telah menuntaskan peranan pasar dalam menentukan perekonomian, negara yang semula melakukan perencanaan melalui GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) dan planned economy akhirnya diserahkan ke market.

Ia juga menilai reformasi yang sudah berlangsung selama 20 tahun telah gagal dalam membangun Indonesia yang diinginkan para pejuang. Ia juga menambahkan jika Indonesia yang berkembang hanya memuaskan sebagian kecil elit dan menelantarkan mayoritas rakyat.

Syahganda mengatakan Indonesia perlu memiliki sebuah konsep baru.

"Oleh karenanya, perlu suatu sikap tegas kekuatan strategi nasional, seperti kaum aktifis, melihat kedepan dengan perubahan haluan. Kita harus berani mengatakan bahwa reformasi ini sudah gagal dan perlu mendesain sebuah konsep baru," tukasnya.