Baju Santai Di Rumah, Jadi Asa Baru Bertahan Di Masa Pandemi Covid-19

Penjahit di Urania Modista yang sedang menyelesaikan jahitan. RMOL Jateng
Penjahit di Urania Modista yang sedang menyelesaikan jahitan. RMOL Jateng

Pandemi Covid-19 menuntut pelaku usaha jeli memanfaatkan peluang, termasuk bidang fashion. Beban semakin meningkat ketika para penjahit menggantungkan pendapatan dari hitungan baju yang diselesaikan.


Ruangan yang disulap sebagai workshop di rumah tampak lengang. Sebelum virus corona melanda dunia dan Indonesia, bunyi mesin jahit manual hingga listrik meramaikan workshop Urania Modista di Jalan Menoreh 1 No 17 Semarang. Delapan penjahit masuk dari hari Senin hingga Sabtu, belum lagi pekerja memasang payet. Kini tinggal enam pegawai yang masuk bergiliran. 

"Saat pandemi di tahun pertama itu sudah sempat menurun, tapi di pandemi kedua lebih menurun sekitar 60%  hingga saya harus mengurangi pegawai," kata Pemilik Urania Modista, Lolo Damaiyanti, di Semarang (1/8). 

Lolo, begitu dia biasa disapa, menekuni usaha ini sekitar 15 tahun lebih. Berawal kerja di perusahaan garmen pada tahun 1993. Kemudian tahun 2003 mulai membuka usaha  mandiri menjahit pesanan dari teman teman di kantornya. Lalu tahun 2005 mulai memiliki karyawan untuk membantu membuatkan pesanan. 

Kala itu masih status karyawan. Mulai berjalan dua  tahun kemudian Lolo memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan fokus untuk Urania Modista.

"Waktu itu anakku yang paling kecil sakit-sakitan, jadi aku resign dan mulai fokus mengembangkan usahaku dan menambah satu lagi karyawan," tambah Lolo.

Dalam setahun, Lolo hanya terlihat 'sepi' hanya pada bulan seusai Hari Raya Idul Fitri saja. Mulai dari pesanan baju casual untuk perempuan dan laki-laki, hingga menjahit kebaya, hasilnya rapi dan nyaman dikenakan. Harga yang dibandrol untuk setiap jenis pakaian berbeda, mulai Rp100 ribu tergantung tingkat kesulitan. Lain halnya dengan kebaya, bisa mencapai jutaan tergantung tingkat kerumitan, payet dan desain. 

Biasanya dalam sehari bisa menerima 4-6 potong kain. "Sekarang belum tentu ada pemesanan tiap hari, kadang malah tidak ada sama sekali," ujarnya.

Dia pun berkreasi dengan membuat masker kain baik kain batik maupun polos. Pada awal pandemi Covid-19 tahun lalu, masker medis laris diburu di apotek dan ludes. Masker kain menjadi pilihan bagi masyarakat agar dapat beraktivitas di luar rumah. Promosi melalui dunia maya disambut baik oleh pelanggan-pelanggannya. Bahkan, dia sempat mendapat orderan masker kain dalam jumlah banyak dari pelanggan untuk dijual kembali.

Imbauan di rumah saja menjadi asa baru bagi Lolo. Salah satu pelanggannya menyambut peluang tersebut dengan memproduksi baju santai di rumah. Alhasil, usaha Urania Modita kembali 'berdetak'. Pelan tapi pasti pesanan baju santai kembali ramai. Bahkan dia sempat kekurangan tenaga penjahit untuk memenuhi orderan. Meski begitu tetap saja penghasilan para pegawai Lolo belum full 100%.

Saat penjahit masuk, Lolo pun menerapkan protokol kesehatan dalam bekerja. Diantaranya penjahit masuk bergantian, selalu mengenakan masker dan memangkas jam kerja untuk dikerjakan di rumah. Sebelum masuk workshop, pekerja wajib mencuci tangan. Lolo menyediakan tangki air dan sabun di depan rumah untuk cuci tangan baik pekerja dan pelanggan.

"Ini untuk pesanan pelanggan yang akan dijual lagi jadi harganya tidak bisa sama untuk perorangan, meskipun kolektif namun saya kekurangan pegawai sehingga melempar ke penjahit lainya secara random namun tetap saya kurasi sebelum jatuh ketangan pelanggan. Ya saya pikir harus tetap jalan gimana caranya, walau saya belum bisa gaji karyawan full 100%," ungkap Lolo.

Dia hanya berharap, pandemi ini segera berlalu dan memperkerjakan penjahit-penjahit normal kembali. "Mereka sudah ikut (kerja) sama saya bertahun-tahun sudah seperti keluarga sendiri," katanya sembari menambahkan penjahit yang direkrut adalah ibu rumah tangga tetangga sekitar.