Bencana kekeringan kembali menghantam Kabupaten Batang. Sebanyak 4.758 jiwa dari 1.994 Kepala Keluarga di tujuh kecamatan terpaksa menghadapi krisis air yang melanda wilayah mereka.
- Ribuan Hektare Tanaman Padi Walik Dami Di Rembang, Sebagian Besar Di Kaliori, Puso
- Kekeringan Grobogan, Landa 62 Desa di 15 Kecamatan
- Puncak Kemarau, Bendung Dumpil Grobogan Kering
Baca Juga
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batang menyebutkan, kekeringan ini telah melanda delapan desa hingga awal September 2024.
Kekeringan yang memuncak setiap tahunnya di bulan-bulan kering seperti ini, membuat masyarakat harus berjibaku dengan kesulitan air bersih. M. Fajri, Kabid Kegawatdaruratan dan Logistik BPBD Batang, menjelaskan langkah-langkah yang telah diambil untuk menanggulangi masalah ini.
"Sejak seminggu kemarin, kami sudah melakukan droping sebanyak 10 kali," ungkap Fajri di sela-sela kegiatan dropping air di Desa Candi, Kecamatan Bandar, Selasa (10/9).
Air tersebut disalurkan ke tandon atau toren berkapasitas 5.300 liter yang tersebar di wilayah-wilayah terdampak.
Dengan kondisi cuaca yang terus panas dan minim curah hujan, langkah ini dinilai krusial dalam mengatasi kebutuhan mendesak masyarakat akan air bersih. Desa Candi di Kecamatan Bandar adalah salah satu wilayah yang paling parah terdampak, dengan dua dukuh yang menjadi langganan krisis air setiap tahunnya.
Wilayah-wilayah terdampak kekeringan di Kabupaten Batang terbentang di tujuh kecamatan, dengan rincian desa-desa yang mengalami krisis air sebagai berikut: Kecamatan Batang meliputi Desa Proyonanggan Selatan dan Desa Rowobelang, Kecamatan Wonotunggal dengan Desa Kemligi, Kecamatan Subah dengan Desa Sengon, Kecamatan Limpung dengan Desa Amongrogo, Kecamatan Warungasem dengan Desa Lebo, Kecamatan Kandeman dengan Desa Tragung, dan Kecamatan Bandar dengan Desa Candi.
Desa-desa tersebut memang sudah sering kali menghadapi kekeringan setiap tahunnya, terutama saat kemarau panjang yang terus menunda turunnya hujan.
Pemerintah Kabupaten Batang, sebagai respons atas kondisi ini, telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Siaga Darurat Bencana Kekeringan dan Karhutla yang berlaku hingga 30 November 2024. Langkah ini memungkinkan BPBD Batang untuk lebih fokus dalam mengkoordinasikan penanganan dampak kekeringan secara lebih terstruktur dan masif.
"Kami juga telah menerima bantuan dari BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Tengah berupa 20 unit toren beserta instalasinya, mesin pompa 5 unit ukuran besar serta 10 unit pompa kecil, dan 200 unit selang pemadam kebakaran dengan konektor," jelas Fajri lebih lanjut.
Dalam rangka mempercepat dan memperluas cakupan distribusi air bersih, BPBD Batang tak bergerak sendiri. Mereka menggandeng Pudam Sendang Kamulyan dan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk memastikan air bersih dapat menjangkau seluruh wilayah terdampak.
Fajri juga menyebutkan bahwa kehadiran instansi-instansi tersebut membantu memperlancar distribusi air, sehingga tak hanya berfokus pada beberapa desa saja, tetapi lebih merata di seluruh titik kekeringan.
Kepala Desa Candi, Ahmad Luthfi, mengapresiasi langkah cepat yang diambil oleh BPBD dan Pemkab Batang. Menurutnya, dropping air yang dilakukan telah sangat membantu warga yang selama ini mengalami krisis air parah.
"Di Desa Candi, ada dua dukuh yaitu Dukuh Krajan dan Dukuh Kemamang yang menjadi langganan kekeringan tiap tahun. Jumlahnya mencapai 500 KK dan sekitar 2.000 jiwa," ungkap Luthfi.
Kekeringan ini, katanya, kerap kali dimulai pada bulan September dan baru berakhir dengan turunnya hujan lebat pada Oktober.
- Ribuan Hektare Tanaman Padi Walik Dami Di Rembang, Sebagian Besar Di Kaliori, Puso
- Pastikan Layanan di Balik Jeruji, BPJS Kesehatan Pekalongan Sosialisasi di Lapas Batang
- Isu Bupati Impor di Pilkada Batang 2024, Pengamat Politik: Cukup Ampuh Digunakan