Kasus meninggalnya mahasiswi program profesi dokter spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip Semarang), akibat dugaan depresi berat, kian menguatkan stigma jika menimba ilmu di Fakultas Kedokteran memang berat.
- 170 Anak Yatim Piatu Terima Bantuan Dari Baznas Kota Magelang
- Tinjau Vaksinasi Pelajar di Sukoharjo, Presiden: Jika Sudah Divaksin, Segerakan PTM Terbatas
- PTM Dibuka, Ribuan Pelajar Jadi Sasaran Vaksinasi di Jepara
Baca Juga
Hal ini diakui Andri, bukan nama sebenarnya, yang menyebut, rata-rata para mahasiswa kedokteran berperilaku individualistis. Kondisi ini secara tidak langsung membuat ‘gap’ antar mahasiswa terutama dengan para senior.
"Kuliah kedokteran berat, mahasiswa itu kalau di kampus individualistis. Semuanya dikerjakan sendiri nggak peduli teman-teman atau seniornya. Tetapi, satu sisi di balik pertemanan dan pergaulan kampus, biasa ada senior gembleng juniornya saat awal-awal sih biasanya pas ospek,” katanya.
“Terus semester awal masih, dan seringnya junior-junior 'baper' dan stress ngeladeni dan dianggap disuruh-suruh lah. Tetapi, itu biasa dimana-mana kampus kedokteran sama," sambung pria yang berprofesi sebagai dosen ini.
Namun, meski sekarang model pengenalan kampus mempunyai aturan ketat, Andri menceritakan, bagi para mahasiswa kerasnya kehidupan kampus tetap dianggap ngeri. Bahkan, sering dinilai lebih menakutkan dari tugas kuliah menumpuk.
"Beban mahasiswa kedokteran itu bukan hanya tugas kuliah atau praktikum. Saya sering memperhatikan, anak-anak cenderung sulit menemukan teman-teman dekat di kampus. Apalagi kalau anak-anak semester baru, kan pasti masih dalam bimbingan dan pengawasan senior-seniornya. Bagi mahasiswa kedokteran justru itu sulit dan menjadi tekanan mental. Sering akhirnya stress dan mengganggu kuliahnya," kata Andri lagi.
Menceritakan pengalaman dari beberapa mahasiswa, Andri melanjutkan cerita, demi kuliah lancar dan tak merasakan hambatan, banyak mahasiswa memilih pasrah dengan seniornya. Dalam artian, selama kuliah mendapatkan bantuan-bantuan tugas dan dalam menghadapi masalah-masalah pribadinya.
"Ada sih yang ketakutan sampai kuliahnya berantakan. Namun, kadang-kadang bisa dimanfaatkan model dekat dengan senior untuk membantu apa-apa dalam kuliah, tugas kampus, sering jadi partner nongkrong bareng, atau akhirnya dekat sampai lulus dan kerja. Ngeri sih bagi sebagian orang, tetapi nggak juga bisa sering senior malah membantu adik-adik juniornya," akhir cerita Andri.
- Lima Siswa Namanya Hilang Saat PPDB Kembali Diterima SMAN 1 Batang
- Rektor Resmi Terbitkan SK Pembekuan Menwa UNS
- HMI Layangkan Protes Mahasiswa Baru UIN Raden Mas Said Wajib Daftar Pinjol