Budidaya Maggot atau larva lalat BSF (Black Soldier Flies) bisa menjadi solusi untuk mengurangi sampah organik sekaligus meningkatkan perekonomian. Hal inilah yang dilakukan oleh Darjan (56) warga Desa Blater Kecamatan Kalimanah Purbalingga.
- Boarding Tiket KA Face Recognition Mulai Diberlakukan di Solo Balapan
- Dinas Ketahanan Pangan Siap Fasilitasi Badan Usaha Milik Petani
- AirAsia X Jadi Pelanggan Terbesar A330neo
Baca Juga
Berbekal kemauan, ketekunan, dan rasa kepedulian terhadap lingkungan, Darjan mulai menekuni budidaya maggot pada tahun 2017. Dia membuat kelambu berukuran 3x3 meter di halaman belakang rumahnya sebagai tempat budidaya maggot.
"Awalnya saya pelihara ikan lalu nyari alternatif pakan ikan yang murah, dikasih tau sama saudara dan teman tentang maggot ini," katanya, Sabtu (20/8/22).
Sejak saat itu dia mulai belajar membudidaya maggot. Untuk pakan maggot sendiri, dirinya mengumpulkan sampah organik di sekitar rumah.
Dari budidaya maggot ini, Darjan mendapat kontrak kerja dengan perusahaan yang mau menampung telur lalat BSF ini sebanyak 200 gram setiap harinya.
"Untuk kontrak kerja dengan perusahaan bisa dapat Rp 12 juta per bulan ditambah dari penjualan di luar itu total bisa 15 juta per bulan," ujarnya.
Dalam menjalani usahanya, Darjan dibantu Ghasi salah satu putranya. Ghasi menuturkan, selain melayani penjualan telur lalat BSF dengan perusahaan juga bermitra dengan pembudidaya maggot yang lain dengan melayani penjualan maggot fresh yang berumur 12 hari.
"Harga maggot fresh bervariasi antara 4 hingga 6 ribu rupiah per kilo bergantung kualitas dan ukuran," pungkasnya.
- Bandara Ahmad Yani Semarang Layani 169 Ribu Penumpang Selama Bulan Juni 2023
- Investor Lokal Kudu Ditambah
- Besok, Presiden Jokowi Resmikan Operasional Kawasan Industri Terpadu Batang