Peningkatan SDM berkualitas dan berdaya saing membutuhkan dukungan dari
sektor kesehatan lewat pemenuhan gizi bagi anak dan balita dalam rangka pencegahan stunting. Semua pihak harus bergerak bersama untuk mewujudkan generasi unggul menyambut Indonesia Emas 2045.
- Pemkot Semarang Terus Genjot Tracing Agar Bisa Turun Level
- Pecinan Semarang: Berawal dari Pemberontakan Tionghoa di Batavia
- Kapolri dan Panglima TNI Pantau Arus Mudik di Tol Jakarta Hingga Bakauheni Dari Helikopter
Baca Juga
"Saat ini kita sebenarnya berada pada situasi darurat gizi dengan angka stunting yang cukup tinggi. Bagaimana kita harus memperbaiki kondisi ini untuk menciptakan masyarakat yang baik secara jasmani dan rohani, ini merupakan tantangan yang harus kita jawab bersama," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, Rabu (7/9).
Apalagi, menurut Lestari, upaya meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing juga merupakan salah satu prioritas nasional untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Sehingga, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, upaya percepatan pencegahan stunting yang konvergen, baik pada perencanaan, pelaksanaan, termasuk pemantauan dan evaluasinya di berbagai tingkat pemerintahan, termasuk desa, harus bisa segera direalisasikan.
"Sudahkah kita mengidentifikasi gap yang ada dan langkah apa yang sudah kita lakukan untuk memenuhi target yang telah ditetapkan," ujar Rerie.
Sejumlah tantangan itu, jelas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, tidak boleh diabaikan agar kita mampu melahirkan generasi penerus yang sehat.
Selain itu upaya untuk mendorong pemenuhan gizi masyarakat, jelas Rerie, juga merupakan bagian dari langkah dalam percepatan pemulihan ekonomi, lewat perhatian terhadap pola konsumsi makanan sehat bagi para tenaga kerja.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, tambahnya, prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat hampir dua kali lipat, dari 19,1% pada 2007 menjadi 35,4% pada 2018.
Karena itu, tegas Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, mencegah stunting dan obesitas harus menjadi tugas bersama dalam upaya peningkatan SDM berkualitas dan berdaya saing untuk mewujudkan generasi unggul pada Indonesia Emas 2045.
Pelaksana Tugas Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak- Kemenkes RI, Ni Made Diah Permata Laksmi mengakui kondisi gizi balita di Indonesia memang masih menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan.
Hal itu, ujar Ni Made Diah, disebabkan sejumlah faktor asupan gizi, kualitas dan keanekaragaman pangan yang belum memadai hampir di seluruh Indonesia.
Selain itu, tambah dia, di tingkat masyarakat juga terjadi ancaman obesitas karena pola makan tidak diimbangi aktivitas fisik yang memadai lewat perubahan gaya hidup.
Konsumsi yang tidak memenuhi gizi seimbang, ujar NI Made Diah, juga menciptakan risiko mudah terkena penyakit sehingga sangat diperlukan ketersediaan pangan yang cukup.
Kondisi pascapandemi yang berdampak pada perekonomian keluarga, jelasnya, sangat mempengaruhi upaya pemenuhan gizi berimbang.
Saat ini, jelas dia, Kementerian Kesehatan sedang mengupayakan transformasi kesehatan lewat transformasi layanan kesehatan primer, edukasi dan skrining kesehatan.
Intervensi gizi seimbang, tambahnya, harus dilakukan sejak Ibu hamil untuk menghindari ancaman anemia yang bisa berdampak pada pertumbuhan bayi.
- Kado Luar Biasa Bagi Pemkab Demak, Tutup Tahun Raih Dua Penghargaan Membanggakan
- Pelonggaran Pada PPKM Darurat Level 4 Harus Diantisipasi Dengan Baik
- Kepala LKPP RI Targetkan 90% Pengadaan 2023 untuk Produk Dalam Negeri