Pemilu Legislatif 2019 menjadi masa yang paling melelahkan bagi caleg incumbent sekalipun.
- SBY Didoakan Cepat Sembuh, Bamsoet Yakin Demokrat Akan Merapat Ke Koalisi Gerindra
- Bawaslu Tegas Ingatkan Netralitas ASN Dan TNI/Polri Di Pilkada Karanganyar
- Mbak Ita 'Goda' Gerindra Berkoalisi di Pilwakot Semarang
Baca Juga
Satu di antaranya yang merasakan hal itu adalah Anang Budi Utomo, caleg partai Golongan Karya (Golkar).
Tahun 2019 adalah pemilu ketiga yang diikutinya. Artinya, pileg kali ini adalah periode ketiganya.
"Masa kampanye mulai 23 September 2018 hingga 13 April 2019 cukup melelahkan. Delapan bulan masa kampanye jelas menguras tenaga, waktu, termasuk biaya dalam konteks operasional," kata anggota DPRD Kota Semarang itu di rumahnya, Selasa (7/5).
Salah satu yang berat adalah menyosialisasikan lima kartu suara.
Tidak hanya itu, menurutnya, medan pertempuran antar caleg lebih sengit dan persaingan lebih ketat.
"Siapa yang bisa dengan strategi dan taktik yang tepat bisa jadi. Bagi incumbent, kinerja lima tahun terakhir betul-betul jadi penilaian performa," jelasnya.
Hal yang paling membedakan adalah hiruk pikuk di media sosial.
Anang mengungkapkan, jika tidak berhati-hati justru menimbulkan isu baru yang kontraproduktif.
"2014 gak segininya hiruk pikuk di media sosialnya," jelasnya.
Kini, setelah dipastikan terpilih, Anang ingin menghasilkan beberapa perda di bidang sosial.
Ia ingin menghasilkan peraturan daerah tentang pengarusutamaan gender, hak-hak penyandang disabilitas, perda tentang kebudayaan dan kesenian, serta perda tentang perlindungan anak.
- Mahasiswa Unair Surabaya Respon Program Pendidikan Ganjar-Mahfud
- 4 KPPS di Grobogan Jalani Perawatan Di Rumah Sakit
- Muscab PPP Batang, Ketua DPC Tegaskan Usung Kembali Wihaji-Suyono di Pilkada 2024