Cuaca Buruk Ombak Besar: Nelayan Tambak Lorok Hentikan Aktivitas di Laut

Ombak Tinggi Menerjang Pesisir Tambak Lorok, Ratusan Nelayan Pun Akhirnya Memilih Berhenti Melaut Menghindari Risiko. (Foto: RMOLJateng)
Ombak Tinggi Menerjang Pesisir Tambak Lorok, Ratusan Nelayan Pun Akhirnya Memilih Berhenti Melaut Menghindari Risiko. (Foto: RMOLJateng)

Cuaca buruk disertai gelombang tinggi, mulai Senin (22/1) malam, tak bersahabat bagi para nelayan di kawasan Tambak Lorok, Semarang Utara. Ratusan nelayan pun menghentikan aktivitas melautnya sambil menunggu sampai cuaca kembali aman. 

Buruknya cuaca di Laut Jawa yang sedang terjadi tidak hanya menggangu pekerjaan para nelayan mencari ikan di lautan, tetapi membahayakan keselamatan akibat kondisinya berubah-ubah sulit diprediksi.  

Seperti dijelaskan oleh Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional (KNTI) Jawa Tengah, Slamet Ari Nugroho, yang mengatakan cuaca buruk ombak tinggi di perairan Tambak Lorok beberapa hari ini biasanya juga terjadi pada awal tahun. Gelombang laut bulan Januari dan Februari di Laut Jawa memiliki arusnderas dan kuat akibat terpengaruh musim hujan sehingga membahayakan nelayan jika memberanikan diri melaut. 

"Nelayan tidak melaut berhari-hari bila kondisi cuaca lautan kurang aman akibat gelombang tinggi, biasa di awal-awal tahun bulan Januari dan Februari. Ombaknya besar sekali bahkan di daratan saja perahu yang parkir terombang-ambing dihantam gelombang tinggi, seminggu rata-rata cuaca baru normal," terang Slamet Ari Nugroho yang memiliki panggilan akrab Ari, Selasa (23/1). 

Kondisi ini pun walhasil membuat para nelayan Tambak Lorok istirahat melaut dan menyandarkan perahu mereka di dermaga demi mengurangi risiko. Menurut Ari nelayan selama cuaca buruk memilih berkumpul dengan keluarga karena hasil tangkapan ikan juga jauh berkurang pengaruh badai yang terjadi di lautan. 

Dampak cuaca buruk awal tahun ini, juga menimbulkan kekhawatiran bagi warga yang tinggal di pesisir Tambak Lorok. Gelombang tinggi, kata Ari, bila ganas dan parah menerjang daratan berisiko merusak hingga menyebabkan kerusakan rumah warga serta perahu nelayan yang bersandar di dermaga. 

"Warga juga takut gelombang tinggi merusak rumah yang jaraknya dekat dengan areal pantai, sehingga mereka selalu siaga menghadapi hal buruk yang bisa terjadi. Semoga cuaca segera membaik, supaya normal dan aman agar warga dan nelayan bisa melanjutkan aktivitas," katanya. 

Koordinator Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, Ganis Erutjahjo, menyampaikan, gelombang laut tinggi dan cuaca ekstrem di pesisir utara Jawa Tengah diperkirakan BMKG berpotensi terus terjadi hingga awal Februari. Fenomena ini dipengaruhi fase bulan purnama yang dampaknya menyebabkan pasang tinggi penyebab banjir rob di wilayah pesisir. 

"Badai yang terjadi beberapa hari ini dipengaruhi fase bulan purnama gelombang pasang laut tinggi, atau fenomena banjir pesisir yang sering menyebabkan rob. Tinggi gelombang bervariasi tergantung pengaruh angin kencang dan hujan deras di atas perairan Laut Jawa," jelas Ganis.