- Perahu Demak, Punya Kualitas Namun Kurang Laris
- Ironi Perajin Perahu Demak, Hidup Enggan Mati Tak Mau
Baca Juga
Demak, rupanya tak hanya memiliki Masjid Agung peninggalan Sunan Kalijaga, tapi wilayah di pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura) ini juga punya potensi lain yang tak kalah ‘mentereng’, yakni usaha pembuatan kapal kayu.
Selidik punya selidik, usaha ini sudah ada sejak lama. Bahkan, beberapa pengusaha kapal kayu yang kini terkenal seperti dari Rembang, Juana dan Pati, para pelopornya adalah warga Demak yang hijrah ke kota-kota tersebut.
Bahkan, perahu-perahu buatan perajin Demak, sudah berhasil dipasarkan ke sejumlah daerah dan banyak diminati nelayan dari berbagai daerah mulai dari Rembang, Jepara, Batang, Kendal, hingga Pekalongan.
Mudahnya mendapat bahan baku karena ketersediaan yang mumpuni, menjadi alasan menggeliatnya usaha ini. "Komponen kayu pada kapal kayu terutama dibagian lambungnya merupakan bagian terpenting karena menyangkut keselamatan dan lamanya waktu pakai kapal. Penggunaan kayu yang kuat seperti kayu ulin dan jati dapat memperpanjang umur kapal bertahan hingga 10 tahun," papar salah satu perajin perahu kayu Demak asal Desa Karangmlati, Ali Ridho baru-baru ini.
Lebih lanjut Ali Ridho menceritakan untuk memproduksi perahu kayu buatannya dia mematok harga dari Rp50 juta sampai Rp150 jutaan. "Yang ukuran 7 x 3 meter jenis perahu sampan atau perahu arat (istilah nelayan Demak-red) dipatok harga Rp52 juta," paparnya.
Sedangkan yang berukuran sama namun dalam bentuk kapal di jual dengan harga Rp60 jutaan. Bisa mencapai Rp130 jutaan bila telah dilengkapi dengan mesin, jaring ikan, gardan dan kelengkapan lainnya.
"Untuk jenis kapal Boga dengan panjang 8 m lebar 3,5 m dilengkapi dengan kapasitas alat nya lebih besar bisa sekitar Rp300 an juta. Waktu pengerjaannya pun bervariasi dari 40 hari kerja sampai 60 hari," jabar Ali Ridho.
Namun begitu, diakui Ali Rdiho, yang menjadi keluhannya sekarang ini adalah masalah pemasaran. Ali bersama sekitar 80 pengusaha mengeluhkan rendahnya pemesanan padahal mereka telah memproduksi perahu kayu.
Dia pun berharap Pemerintah daerah memperhatikan nasip para pengrajin perahu kayu.
"Akibatnya uang mengendap dan tidak terjadi perputaran uang. Hal itu menjadi bebannya karena modal yang dimiliki Sebagian adalah dana pinjaman dari bank," akunya.
Terpisah Kepala Dinakerin Kabupaten Demak, Agus Kriyanto mengaku akan mencoba melakukan kajian terhadap persoalan ini.
"Kalau sudah dilakukan langkah Langkah lanjut akan coba dimatangkan, sehingga pemerintah dapat hadir ketika masyarakat menghadapi kesulitan semacam itu," katanya.
Terkait pemasaran pengrajin atau pengusaha sekarang kata Agus, harus mengikuti tren yang ada yaitu memanfaatkan media sosial untuk melakukan pemasaran. "Karena daerah jangkauannya lebih jauh dan lebih luas," tandasnya.
- Agrowisata Sekar Aji, Destinasi Pilihan di Tepi Sungai Demak
- Lumbung Padi Tertua se Asia Tenggara Tersembunyi di Jantung Kota Demak
- Taman Bogorame, Oase di Tengah Teriknya Demak