Di balik sunyi pegunungan dan lekuk-lekuk lembahnya yang dingin, Banjarnegara menyimpan satu harta yang belum banyak digali. Mulai dari kisah-kisah lokal yang kaya nuansa sejarah dan budaya hingga kisah yang sangat diyakini masyarakat.
- Viral, Pengendara Moge Ngamuk Usai Tabrakan di Depan Pasar Ikan Banjarnegara
- Banjarnegara Ikrarkan Komitmen Pendidikan Adil dan Transparan
- RPJMD Banjarnegara 2025–2029, Bupati Luncurkan Kanal Aduan ‘Lapor Mba’e dan Gus’e
Baca Juga
"Setiap era punya kisah menarik di Banjarnegara. Mulai dari era Hindu-Buddha, Islam, Kolonial hingga kontemporer," kata Heni Purwono, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara, Selasa (6/5).
Heni berbicara di hadapan lebih dari 60 peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal di Aula Niscala, Perpustakaan Daerah Banjarnegara. Kegiatan yang didanai dari Bantuan DAK Nonfisik Perpustakaan Nasional RI itu bertujuan menumbuhkan literasi dengan menggali kekayaan lokal.
"Bahan-bahannya sangat banyak tersedia. Tinggal diolah menjadi tulisan yang menarik," ujar guru sejarah SMAN 1 Sigaluh tersebut.
Kekayaan cerita Banjarnegara memang tersebar di berbagai sudut desa, dari dongeng rakyat hingga narasi sejarah.
Salah satunya adalah legenda Jaka Umbaran dari Gumelem yang sempat dibedah dalam sesi cerpen. Dua peserta membacakan ceritanya secara lantang di hadapan forum sebuah metode yang jarang dipakai namun efektif membangkitkan imajinasi.
Muji Prasetyo dari Komunitas Penulis Satu Pena Jawa Tengah melihat tantangan menulis di era digital bukan pada ketersediaan cerita, melainkan minat membaca. "Sayangnya, banyak konten sampah digemari masyarakat karena rendahnya literasi," katanya.
Menurut Muji, film bisa menjadi jembatan untuk kembali ke cerita tulis. "Melihat film bisa jadi pemantik untuk membaca novelnya," tambahnya.
Di tengah gempuran konten instan, Muji justru yakin cerita berlatar kuno bisa dikemas menarik asal temanya tetap menyentuh realitas kekinian.
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Banjarnegara, Arief Rahman, berharap kegiatan ini menjadi awal dari lahirnya penulis lokal yang bukan hanya kreatif, tapi juga produktif.
"Kalau bekal menulis ini dipakai, bisa jadi menghasilkan sesuatu secara ekonomis. Ujungnya adalah kesejahteraan," ujarnya.
Banjarnegara, dengan segala jejak waktu dan kearifan lokalnya, tampaknya hanya tinggal menunggu untuk ditulis kembali. Sebuah harta tak ternilai yang siap digali dengan pena.
- Viral, Pengendara Moge Ngamuk Usai Tabrakan di Depan Pasar Ikan Banjarnegara
- Banjarnegara Ikrarkan Komitmen Pendidikan Adil dan Transparan
- RPJMD Banjarnegara 2025–2029, Bupati Luncurkan Kanal Aduan ‘Lapor Mba’e dan Gus’e