Dirumahkan Tanpa Kejelasan, Buruh Mengadu Ke DPRD Karanganyar

Dirumahkan tanpa kejelasan sejak akhir bulan Maret lalu, puluhan buruh pabrik tekstil PT Agung Sejahtera Sidoharjotex ASS Kabupaten Karanganyar-Jateng  mengadu ke Kantor DPRD Karanganyar.


Puluhan buruh yang di dampingi Federasi Serikat Pekerja Kimia Energi Pertambangan Minyak Gas Bumi dan Umum (FSP KEP) Karanganyar menemui anggota DPRD dari Komisi B DPRD Karanganyar dan meminta pada wakil rakyat membantu nasib para buruh.

Informasinya selama hampir lima bulan dirumahkan para buruh ada sebagian yang digaji dan ada yang tidak digaji. Besaran gaji mereka adalah Rp250.000- Rp. 500.000 per bulan.

"Kami meminta ketegasan dewan selaku wakil rakyat agar memanggil dinas terkait dan perusahaan," papar Danang Sugiyanto Ketua FSP KEP Karanganyar, Senin (20/7) siang.

Ditambahkan Danang, sebenarnya sudah pernah dirundingkan di tingkatan bipatrit. Namun sayang sekali perjanjian yang sudah disepakati tidak terealisasi.

Seharusnya dari hasil kesepakatan  perusahaan membayar gaji sesuai aturan yakni sebesar 100 persen jika perusahaan sudah mampu kondisinya untuk mempekerjakan kembali.

"Tapi sampai saat ini masih ada  51 buruh masih dirumahkan tanpa ada kejelasan batas waktunya," imbuhnya.

Peserta aksi ditemui langsung oleh  Ketua Komisi B DPRD Karanganyar AW Mulyadi. Dalam keterangannya, politisi partai Golkar ini sebut sebelumnya sudah ada perjanjian biptrit. Pengusaha   bersedia memberi gaji buruh yang dirumahkan.

"Termasuk segera  mempekerjakan kembali 51 buruh secara bertahap sesuai kemampuan. Pengakuan dari perusahaan 10 orang sudah kembali bekerja. Sisanya menyusul," ucap AW Mulyadi. 

Ditambahkan Wakil Ketua Komisi B DPRD Karanganyar Latri Listyowati, pihaknya berjanji akan lakukan monitoring jika ada kesepakatan yang dilanggar.

"Pasti akan kita lihat, bagaimana   realisasi perjanjian tersebut, seandainya ada yang melanggar kami ambil sikap," tegas Latri.

Terpisah, Kabag Personalia PT ASS Aris Mulyadi saat dimintai keterangan enggan untuk memberikan keterangan dan memilih diam untuk menanggapi aksi para buruh.

"Saya no comment saja karena takut salah jika berkomentar," tutupnya.