Duka Sarwoto, Pelaku Seni Saat Pandemi

Kejadian penggerebekan di sebuah hajatan di Kawasan Bandungan, Kabupaten Semarang Sabtu (26/9) malam berbuntut kekecewaan panjang bagi pelaku kesenian khususnya.


Kejadian penggerebekan di sebuah hajatan di Kawasan Bandungan, Kabupaten Semarang Sabtu (26/9) malam berbuntut kekecewaan panjang bagi pelaku kesenian khususnya.

Bahkan, kerugian puluhan juta harus ditanggung pribadi lantaran acara yang semestinya tinggal 'go' itu harus dibatalkan setelah melalui negosiasi alot dengan pihak Kepolisian.

Curhatan mereka di media sosial pun viral. Seperti jeritan hati pelaku kesenian memiliki nama panggung Dower asal Bergas, Kabupaten Semarang.

Pria 51 tahun memiliki nama asli Sarwoto yang kerap dimintai sebagai pelawak itu, mengaku sempat "sakit hati" dengan kejadian yang disebutnya sebagai penggerebekan tadi malam.
"Tadi malam itu semua tinggal main saja. Sakit hatinya, digerebek tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal yang punya hajatan tentunya sudah mengantongi izin dan telah berupaya memenuhi standar protokol kesehatan karena kita sadar ini masih pandemi Covid-19. Acara hajatan tiga hari tiga malam itu dihadiri tamu yang dibatasi," kata Dower mengisahkan kejadian pilu yang ia alami semalam.

Yang menjadi pertanyaan Dower, mengapa sebelum pelaksanaan atau minimal empat atau tiga hari sebelum hari H harusnya sudah ada himbauan dari pemangku kepentingan.

"Mengapa di hari pelaksanaan justru diminta 'stop'. Padahal, semua itu butuh tenaga, pikiran, uang 'loh'. Gak main-main, satu kelompoknya wayang paling tidak mengeluarkan modal Rp 25-35 juta," ungkapnya.

Total Rp 25-35 juta tersebut diakuinya untuk menghidupi antara 50-60 kru terlibat didalamnya.

Ia sendiri, menyebut kehilangan penghasilan sekali manggungnya sebesar Rp 3,5 juta. Uang sebanyak itu, diakui Dower sudah bisa untuk makan sebulan.

"Dan kejadian pembatalan semalam itu, saya catat adalah yang ke-29. Dimana, 1-28 sejak Maret 2020 atau sejak ada larangan karamaian karena Covid-19 kontrak manggung saya dibatalkan. Dan ke-29 tadi malam saya sebut penggerebekan," tandasnya.

Dower beranggapan, selama Covid-19 seniman/ pelaku kesenian adalah korban. Apalagi, dengan pembatalan spontan membuat semua kalang kabut.

Terkait banyak aksi kesenian dengan cara virtual, Dower beranggapan tidak banyak penontonnya dan kurang gregetnya.

"Kesannya hanya pelaku kesenian saja yang disorot. Kami harapkan kedepannya sistem menyampaikan teguran spontan seperti tadi malam tidak terulang lagi, minimal ada Koordinasi terlebih dahulu," imbuhnya.