Keberadaan Wayang Potehi masih eksis di tengah masyarakat.
- Hadirkan Sensasi Melinting Rokok, Museum Kretek Kudus Banjir Pengunjung
- Tradisi Guyang Jaran Kepang Tradisi Jadi Kekayaan Budaya Lokal Yang Unik
- Punokawan & Moralitas Manusia
Baca Juga
Gelaran Pasar Imlek Semawis (PIS) 2020 selama tiga hari, termasuk Minggu (19/1) tadi sore diisi dengan Wayang Potehi. Kali ini mengangkat tema ‘Saving General Yang’.
Sebuah kotak merah dihiasi aksara mandarin dan dua tokoh tikus terletak di tengah Jalan Wot Gandul.
Di balik layar dalang (sai hu) dan wakil dalang (djie djiu) saling berbagi peran dalam durasi dua jam. Mereka masih dibantu tiga pemain musik tampil mulai pukul 14.00-16.00.
Cerita ini mengangkat sejarah kerajaan Tiongkok. Sang dalang, Thio Hauw Lie mengatakan, kisah heroik Jenderal Yang berkuasa di kerajaan Song Tiauw. Dia gigih mempertahankan kerjaan hingga wafat.
Jenderal Yang kebetulan memiliki tujuh putra dan mereka semua pandai kungfu," ujar keturunan kelima dari mendiang seniman Wayang Potehi Thio Tiong Gie.
Cerita ini, lanjut dia, mengandung pesan agar selalu berbakti kepada orang tua dan negara. Thio mengatakan, cerita tersebut relevan di masa kini, termasuk di Indonesia.
Selalu ada pesan yang disampaikan di akhir pagelaran. Saya kira pesan itu masih cocok untuk kita di Indonesia," katanya.
Dia mengaku belajar secara otodidak pasca kematian sang ayah. Pun demikian dengan cerita-cerita yang disampaikan. Dia menghafal selama sang ayah mendalang. Waktu itu masih berperan bagian perlengkapan dan ikut mendengarkan di belakang panggung.
"Saya ingat kadang buka youtube. Saya menggunakan bahasa Indonesia supaya lebih diterima semua kalangan dan generasi sekarang," katanya.
- Slada, Momentum dan Wadah Apresiasi Seni Kabupaten Tegal
- Setelah Ki Nartosabdo Dijadikan Nama Jalan, Boyamin: Pencatatan Hak Cipta Jalan Terus
- Jaga Nilai Budaya Tradisi, Sukirman Usulkan Ekskul Kesenian Wajib di Sekolah