Ekspor impor yang tersendat memicu pertumbuhan ekonomi yang melemah di Jawa Tengah hingga mencapai 2,6%.
- Pupuk Subsidi Terbatas, Petani Diminta Pakai Pupuk Organik
- Menteri Teten Masduki: Kekuatan Ekonomi Digital Selama Pandemi Capai Rp640 Triliun
- Jogo Santri, BI Solo Beri Pelatihan Kemandirian Ekonomi untuk Ponpes
Baca Juga
Pakar Ekonomi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Prof. Andreas Lako mengatakan, salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan pada triwulan pertama 2020.
Kalau dibanding tahun lalu yg bertumbuh 5,14%, penurunannya mencapai hampir 49%," kata Andreas, Rabu (17/6).
Andreas menilai tersendatnya impor ke Jawa Tengah dari Cina, Korea, Jepang, Amerika, Eropa serta lainnya pada bulan Februari dan Maret mempengaruhi kinerja industri di Jawa Tengah pada triwulan I 2020. Hal ini dipicu wabah Covid-19.
Industri kekurangan bahan baku untuk produksi. Industri barang jadi atau perdagangan juga kekurangan produk jadi akibat berhentinya impor barang jadi. Di sisi lain, ekspor juga berhenti akibat lockdown sejumlah negara mitra ekonomi Jateng untuk menekan penyebaran Covid-19. Itulah yang menyebabkan lesunya ekonomi kita," tambahnya.
Selain sektor tersebut, Andreas menyebutkan minusnya pertumbuhan di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan juga menjadi penyebab merosotnya ekonomi di provinsi ini.
Di sektor pertanian, mengalami pertumbujan minus sekitar dua persen lebih. Ini juga yang menambah dampak negatif saat ini," imbuhnya.
Menurut Andreas, dengan menurunnya pertumbuhan tersebut, tingkat konsumsi rumah tangga di masyarakat juga semakin menurun.
Dengan demikian, dampak negatif Covid-19 ini berimbas pada nilai investasi yang menurun. Banyak investor mempertimbangkan menunda investasi mereka," paparnya.
- Avanza Beri Kontribusi Terbesar Penjualan Nasmoco
- KDEI Taipei Fasilitasi Pelatihan Memasak Bagi Pekerja Migran Indonesia
- BAZNAS Salurkan Bantuan Program Z Chiken Untuk 30 UMKM Solo