Fadhila Maya Sari: Kekuatan Lembut Perempuan Adhyaksa

Fadhila Maya Sari, SH, M.KN, Kepala Kejaksaan Negeri Banjarnegara. Istimewa
Fadhila Maya Sari, SH, M.KN, Kepala Kejaksaan Negeri Banjarnegara. Istimewa

Banjarnegara - Di antara ruang persidangan penegakan hukum, ada sosok perempuan yang menenun makna keadilan dengan sentuhan hati. Namanya Fadhila Maya Sari, SH, M.Kn, Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Banjarnegara yang memadukan ketegasan dan empati dalam satu napas kepemimpinan.


Di tengah perjuangan kolektif perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya, sosok Fadhila menjadi bukti nyata bahwa perempuan mampu berdiri setara di ruang-ruang yang selama ini didominasi laki-laki. Fadhila menjadi gambaran dari perempuan tangguh, tegas dalam prinsip, lembut dalam pendekatan.

Fadhila tidak tumbuh dengan mimpi menjadi jaksa. Perempuan lulusan Universitas Padjajaran, Bandung ini sejak awal justru bercita-cita menjadi notaris. Ia membayangkan kehidupan yang mandiri. "Ngantor sendiri," begitu katanya. Namun, hidup membawanya ke arah berbeda, jalan yang ia sebut sebagai bagian dari bakti kepada orang tua.

"Awalnya saya sempat menolak karena merasa tidak sesuai dengan jurusan kuliah. Tapi karena bentuk bakti pada orang tua, saya jalani, dan ternyata ini jalan hidup terbaik saya," kenang Fadhila.

Menurut Fadhila, yang paling penting dalam hidup ini adalah prinsip ridho orang tua adalah ridho Alloh. Jangan pernah melupakan jasa dan peran orang tua terhadap apa yang kita raih saat ini. "Ada doa kebaikan dari orang tua kita yang mengalir seirama dengan hembusan napas orang tua terhadap anaknya," katanya.

Tahun 2005 adalah langkah pertama Fadhila di dunia Adhyaksa. Di tahun tersebut ia lolos seleksi Kejaksaan pada 2005 dan resmi menjadi Aparatur Sipil Negara setahun kemudian. Tahun 2007 ia menjalani pendidikan jaksa dan setahun berikutnya, ia menjabat sebagai Kepala Sub Seksi Penyidikan.

Kariernya melesat perlahan tapi pasti. Dari satu daerah ke daerah lain, Fadhila menunjukkan dedikasi dan integritas. Ia pernah memimpin Kejaksaan Negeri Muara Bungo, Jambi, sebelum dipercaya menjabat Kajari Banjarnegara. "Di Banjarnegara adalah penempatan kedua sebagai pimpinan lembaga hukum," katanya.

Namun, seragam dan jabatan tinggi tidak membuatnya tinggi hati. Di mata para kolega dan masyarakat, Fadhila adalah pemimpin yang mengedepankan pendekatan humanis.

"Memasukkan orang ke penjara bukanlah kebanggaan. Itu tugas yang harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab," tuturnya.

Sebagai ibu dan pemimpin, Fadhila merasakan beratnya beban tanggung jawab. Dunia hukum adalah dunia penuh tekanan, namun ia memilih untuk menjalaninya dengan prinsip kebersamaan dan kekeluargaan.

"Di mana pun saya ditempatkan, saya anggap sebagai keluarga baru. Kekompakan dan integritas itu kunci," ujarnya.

Baginya, keadilan bukan sekadar soal pasal dan undang-undang. Ia percaya bahwa nurani harus tetap menyala dalam setiap keputusan hukum. Keadilan sejati, kata Fadhila, adalah yang mampu menyentuh hati manusia.

"Perempuan harus mandiri, jangan bergantung pada laki-laki. Kita punya kaki untuk berdiri sendiri, punya otak untuk berpikir, dan punya hati untuk menentukan jalan terbaik bagi masa depan," katanya lantang.

Fadhila Maya Sari bukan sekadar jaksa. Ia adalah simbol kekuatan perempuan yang memimpin dengan kepala tegak dan hati yang terbuka. Dalam dirinya, hukum dan nurani bertemu untuk melayani masyarakat dengan penuh empati.