Gus Muhaimin Kagum Luasnya Keilmuan Gus Baha

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) bersilaturahim ke kediaman KH Ahmad Bahauddin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha di Komplek Pesantren Tahfiz Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) di Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.


Kunjungan itu dilakukan di sela rangkaian safari politik bertema Gerebek Jawa dan ziarah Wali Songo.

Gus Muhaimin datang didampingi Wakil Ketua MPR yang juga Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Ketua Fraksi PKB DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal, mantan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, dan Ketua DPW PKB Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori.

Rombongan Gus Muhaimin diterima dengan penuh kehangatan oleh keluarga Gus Baha yang didampingi sang kakak, KH Nasirul Mahasin, mantan bupati Rembang. 

Gus Muhaimin dan rombongan sempat menunggu sesaat di teras kediaman Gus Baha yang biasa dipakai menerima seluruh tamunya. Sang kakak, Kiai Mahasin, awalnya menyambut kedatangan rombongan.

Tak berselang lama, usai melaksanakan salat Maghrib, Gus Baha kemudian keluar dari rumahnya. Mengenakan pakaian khasnya, kemeja warna putih dan sarung, serta peci hitam yang dipakai agak mendongkak, Gus Baha langsung menyalami Gus Muhaimin dan rombongan dengan senyum mengembang.

Mereka kemudian duduk bersila di teras kediaman Gus Baha dan terjadi perbincangan yang penuh kehangatan. Mereka hanyut dalam obrolan yang renyah diwarnai canda tawa khas kiai NU sehingga antara Gus Baha dan Gus Muhaimin terlihat sangat akrab, meskipun keduanya baru pertama kali bertatap muka langsung.

Pembicaraan mulai soal silsilah keluarga Pondok Pesantren Denanyar dan Pondok Pesantren Narukan, hingga obrolan ringan seputar asisten Gus Baha, Pak Ali, yang ternyata merupakan kerabat dekat Gus Muhaimin.

”Leknya (paman) Gus Muhaimin, itu asisten Gus Baha, itu warisan Bapak. Saya bercanda, la iyo Bapak mewariskan asisten kok modele koyok ngene (Bapak itu mewariskan asisten kok kualitasnya seperti ini),” ucap Kiai Mahasin, menggambarkan sosok Pak Ali, asisten Gus Baha.

Namun, diakui Gus Baha, Pak Ali merupakan sosok yang sangat alim dan telah mengabdi lama di keluarga Gus Baha dengan menjadi asisten sang ayah, KH Nur Salim dan kini berlanjut menjadi asisten Gus Baha setelah KH Nur Salim wafat.

Kedekatan hubungan keluarga Gus Baha dengan keluarga Pesantren Denanyar juga diakui langsung oleh Gus Baha. 

Gus Baha pun menceritakan bahwa ketika ayah Gus Muhaimin, Muhammad Iskandar sedang sakit dan tidak menerima tamu, saat ayah Gus Baha KH Nursalim datang bersama sang asisten, Pak Ali, mereka diterima di dalam kamar. 

“Pak Iskandar gerah (sakit) di kamar tak menerima tamu, itu yang diterima bapak sama Pak Ali,” katanya.

Usai melakukan obrolan ringan yang penuh kehangatan diwarnai gelak tawa, Gus Baha kemudian mengajak Gus Muhaimin beserta rombongan bergeser ke makbarah (area makam) KH Nursalim yang juga berada di dalam Komplek Pesantren LP3IA. 

Kebetulan, saat itu digelar acara pengajian dalam rangka haul KH Nursalim. Disana telah hadir ribuan jamaah yang sudah menanti untuk mengikuti acara haul. Gus Muhaimin bersama dengan ribuan jamaah lain berbaur dan mengikuti pembacaan Surat Yasin dan Tahlil.

Gus Muhaimin mengaku sangat bersyukur dan senang bisa bertatap muka dan diskusi serta canda tawa dengan Gus Baha. 

"Alhamdulillah, saya bertemu, berdiskusi, ngobrol dan bercanda dengan Gus Baha, sunguh kesempatan yang luar biasa. Beliau seorang yang alim, benar-benar mengerti sejarah dan mengeri tentang kehidupan, mengeri ilmu-ilmu agama, khususnya alim di bidang al Quran dan tafsir," ungkapnya.

Gus Muhaimin menuturkan, Gus Baha  bukan hanya membuat dirinya yakin dan optimistis dalam menjalani kehidupan dan tantangan seluruh kehidupan dunia dan menjuju akhirat. 

"Gus Baha juga memberi inspirasi buat kita semua bahwa beragama itu indah, mulia, menyenangkan dan membahagiakan," katanya.

Gus Baha juga menjadi contoh kaum muda untuk terus beragama karena ilmu-ilmu agama, sosial, dan sejarah adalah modal dasar kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan kemajuan dan persiapan menghadapi perkembangan yang luar biasa. 

"Karena itu, ayo kita lahirkan Gus Baha-Gus Baha baru dari pesantren-pesantren kita di seluruh Indonesia," tutur cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Bisri Syamsuri ini.