Harga Beras dan Gabah Naik, Petani di Purwodadi Grobogan Justru Merugi

Petani memanen padi di area persawahan Desa Putat Purwodadi
Petani memanen padi di area persawahan Desa Putat Purwodadi

Harga beras dan gabah di Purwodadi melonjak di pasaran namun hasil panen tidak memuaskan hingga tidak menutup modal TM III.


Salah satu petani Desa Putat, Kecamatan Purwodadi, Jumadi, mengatakan, penerapan Musim Tanam (MT) III padi cenderung dipaksakan kendati musim kemarau tahun ini diprediksi akan berlangsung lama.

Selain itu, kondisi tanah di area ini pada musim kemarau cenderung kurang cocok untuk penanaman padi. Apalagi biasanya petani menanam tanaman palawija, seperi kacang tanah dan jagung.

"Hasil panen ini termasuk gagal. Masalahnya karena cuaca panas, terkena hama dan MT III. Seharusnya ditanami kacang atau jagung, ini malah ditanami padi," keluhnya, Senin (11/9).

Dia meminta penerapan sistem MT III padi ini untuk dievaluasi atau dikembalikan ke sistem semula, yakni hanya dua kali musim tanam padi dalam setahun.

Menurutnya, pemerintah seharisnya tidak hanya mengejar target produktivitas, namun juga perlu memperhatikan nasib petani sehingga tidak dirugikan.

"Petani sangat rugi. Harapannya seperti semula lagi, satu tahun tanam padi dua kali, yang ketiga bisa tanam kacang atau tanaman palawija yang lain, itu bagus," pintanya.

Sementara itu, anggota Kelompok Tani Handayani Desa Putat, Ngatemin mengatakan, panen dihasilkan pada MT III ini menurun drastis. Apabila pada musim panen sebelumnya bisa menghasilkan hingga 8 ton gabah per satu hektar sawah, kali ini hanya mencapai 2 sampai 2,5 ton gabah.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Grobogan Sunanto mengatakan, dari hasil survei dinas pertanian Grobogan pihaknya tidak menemukan adanya gagal panen di lahan kelola poktan Putat.  

"Dari area 101 hektare yang dikelola Poktan Putat, kami tidak menemukan gagal panen, ini penggunaan Combi pertama," pungkasnya.