Harga Daging Ayam Potong Capai Rp 35 Ribu pada Pekan Pertama Ramadhan

Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang menyebut harga daging ayam potong menduduki peringkat harga tertinggi pada awal bulan Ramadhan mencapai Rp35 ribu per kilogram. Sebelumnya harga daging ayam potong berkisar Rp28 ribu hingga Rp29 ribu per kilogram.


Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang, Nurkholis mengatakan, akan melakukan survei dan kajian terkait dengan tingginya harga daging ayam potong pada awal bulan Ramadhan ini. 

Menurutnya, tingginya harga daging ayam dipengaruhi situasi Ramadhan identik dengan tingginya harga daging ayam. 

"Kalau dari pemantauan kepala pasar atau koordinator wilayah tidak ada masalah untuk stok, masih aman. Kami minta pedagang juga jangan asal menaikan harga terlalu tinggi karena ada momen Ramadhan ini," kata Nurkholis di Kota Semarang, Senin (27/3).

Selain daging ayam, Nurkholis menyebut untuk harga cabai dan telur ayam masih terkendali. Sedangkan untuk beras, pihaknya juga bekerjasama dengan Bulog untuk menyiapkan beras murah dengan harga Rp9.450 per kilogram. 

"Kalau beras ini kemarin ada yang bilang mahal sampai Rp15 ribu, tapi kan beras itu ada tingkatan kualitas kalau yang premium seperti mentik wangi memang harganya Rp13.500-Rp15.000. Kalau yang medium itu per kilogramnya Rp11.500-Rp12.000," paparnya.

Sementara untuk minyak goreng, Nurkholis menjelaskan saat ini stok dan harga masih terpantau aman. Sementara untuk minyak subsidi produksi Kementerian Perdagangan, MinyaKita, diakui Nurkholis memang ada di beberapa pasar stoknya menipis. 

Namun demikian hal tersebut tidak menjadi patokan kelangkaan minyak, karena minyak curah maupun minyak kemasan lainnya masih mencukupi stoknya.

"Minyak juga cukup tersedia termasuk minyak curah, minyak kemasan, dan untuk MinyaKita ada yang masih ada stok tapi ada yang kosong. Masyarakat berasumsi kalau MinyaKita tidak ada lalu minyak langka padahal yang lain (merk) masih ada," jelasnya.

Selain komoditas pangan, Nurkholis menjelaskan untuk komoditas gas dan BBM pihaknya melakukan kerjasama dengan Pertamina dan BP Migas. Untuk gas elpiji Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sendiri mengakui ada peningkatan kebutuhan namun untuk pasokannya saat ini masih aman. Sementara untuk BBM, Kota Semarang menjadi jalur tengah perlintasan mudik dari barat ke timur dan sebaliknya, pasokannya dipastikan aman meski diprediksi akan mengalami peningkatan.

"Prediksi dari pertamina ada peningkatan sampai 20 persen dan itu sudah kita koordinasikan dengan BP Migas dan Pertamina," tandasnya.