Inggris menghadapai tantangan besar untuk menangani warga Afghanistan yang saat ini telah berada di negara itu.
- Presiden Volodymyr Zelensky Tolak Bantuan AS untuk Tinggalkan Ukraina
- Presiden Korsel Berikan Grasi Bos Samsung Terkena Skandal Korupsi
- Thailand Gelontorkan Rp 10 Triliun untuk Subsidi Untuk Biaya Pendidikan
Baca Juga
Seorang anggota parlemen bahkan mengatakan, warga Afghanistan yang dievakuasi ke Inggris banyak yang mengeluh dengan mengatakan mereka menjadi 'orang yang tanpa tempat tinggal', di tengah kebingungan aparat dalam rencana menampung mereka setelah proses karantina selesai, seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL.
Sebagian besar warga merasa tidak bisa bergerak bebas di dalam hotel karantina dan tidak sabar untuk mengetahui kelanjutan nasib mereka.
Begitu tiba di Inggris, sekitar 10.000 warga Afghanistan yang dievakuasi dari Kabul harus menghabiskan 10 hari masa karantina di lokasi yang 'aman dari Covid-19', seperti hotel yang dikelola pemerintah di dekat Bandara Heathrow, London Barat.
Namun, banyak dari mereka yang menganggap kehidupan mereka malah lebih terpenjara, tidak bisa bebas melakukan yang mereka inginkan termasuk untuk pergi sebentar dari tempat karantina untuk menghirup udara segar.
Aparat mengatakan cukup sulit menjelaskan kepada mereka terkait karatina dan aturan untuk menaatinya.
"Kami adalah tahanan di dalam sini. Sementara tahanan saja diizinkan pergi ke luar selama satu atau dua jam sehari," kata mantan pejabat tinggi Afghanistan Hasib Nooralam kepada The Guardian. Nooralam telah tinggal di Park Plaza Hotel dekat London Waterloo selama 20 hari sejak ia dievakuasi dari Afghanistan.
"Dalam 24 jam, kami keluar hanya 15 menit. Di dalam hotel ini juga banyak anak-anak. Orang-orang muak dan menangis," tambahnya.
Aparat telah menyiapkan semua kebutuhan untuk mereka yang dikarantina. Bahkan, badan amal telah mengisi kekurangan dengan memberikan sumbangan popok, pembalut, dan terkadang makanan.
Meskipun pemerintah Inggris menawatkan janji akomodasi permanen, beberapa warga Afghanistan mengatakan mereka tidak menerima informasi apa pun dari Kantor Dalam Negeri Inggris tentang kelanjutan tujuan mereka.
Masa karantina semestinya sudah selesai, tetapi sampai saat ini warga belum diinfokan soal tempat tinggal.
"Kami merasa seperti berada di penjara sekarang karena masa karantina kami telah berlalu, tetapi mengapa mereka masih menahan kami di sini dan belum diberitahu soal tempat tinggal?" ujar salah seorang warga Afghanistan.
Pemerintah Inggris telah berjuang untuk menemukan akomodasi bagi para pengungsi Afghanistan yang dievakuasi ke Inggris di bawah skema Kebijakan Bantuan Relokasi Afghanistan (ARAP).
Skema ARAP diperuntukkan bagi lebih dari 8.000 warga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk datang ke Inggris, tetapi itu tidak termasuk 20.000 warga Afghanistan yang akan dimukimkan di Inggris dalam lima tahun ke depan di bawah Skema Pemukiman Kembali Warga Afghanistan (ACRS) dalam pemerintah yang baru.
- Koordinator Demo Anti Lockdown di Sydney Dipenjara Delapan Bulan
- Elon Musk Tantang Vladimir Putin Bertarung Tunggal
- Pemerintah Alokasikan Dana Rp13 T Untuk Percepat Infrastruktur Digital