Jatuh Bangun Petani Batang Tanam Gaharu, Kayu Termahal di Dunia

Bertahun-tahun merasakan gagal menanam gaharu, para petani Kabupaten Batang enggan menyerah.


Salah satunya Suprapti, petani Gaharu asal Desa Sempu, Kecamatan Limpung.

"Saya tanam 100 pohon sejak sembilan tahun lalu, tapi kecewa dua kali," katanya saat ditemui di rumahnya, Minggu (14/11).

Ia mengakui belum kapok karena potensi besar pohon yang bernama latin, Aquilaria Malaccensis. Nilai per kilogram jika bagus, bisa mencapai ratusan juta rupiah. Bahkan, pohon gaharu termasuk jadi kayu termahal di dunia.

Suprapti berujar pernah tertipu dua kali saat menanam Gaharu. Pertama, pohon Gaharu miliknya ditebang orang. Kedua, ia tertipu dengan jasa suntik serum tanaman beraroma wangi itu.

"Karena suntik serum itu, lebih dari 50 persen mati. Itu kedua kalinya saya kecewa. Penyuntik serumnya langsung menghilang, dan tidak bisa dikontak," ujarnya. 

Ternyata tidak hanya dirinya, tapi ratusan penanam Gaharu di Batang mengalami hal serupa. Ia menemukan fakta itu di sebuah grup petani Gaharu di media sosial.

Berawal dari situ, para pecinta Gaharu saling tukar informasi. Hingga akhirnya, mereka menemukan pegiat gaharu yang benar-benar berhasil.

Sepakat, mereka pun mendatangkan pegiat Gaharu dari Blitar, Jawa Timur bernama Dewi Fortuna. Berada di rumahnya, Suprapti menampung petani Gaharu untuk belajar bersama.

"Rencananya, kami akan membentuk kelompok tani yang dikuatkan dengan kelembagaan. Lalu mulai berbudidaya Gaharu, dan menyosialisasikan pada masyarakat bahwa pohon untuk investasi tidak hanya sengon, tapi juga Gaharu," jelasnya.

Ahli yang didatangkan itu akan berada selama tiga bulan di Kabupaten Batang. Ia memberikan pendampingan langsung cara pembudidayaan Gaharu.

"Potensi Gaharu itu sangat banyak, mulai dari daun hingga akar punya potensi. Pohon Gaharu digunakan semua agama, dan pangsa pasarnya luas," jelas Dewi Fortuna.

Ia menyebut manfaat Gaharu antara lain bisa untuk dupa atau hio yang biasa digunakan di Timur Tengah hingga China. Lalu, daunnya bisa untuk teh hingga Kopi.

Tidak hanya itu, tanaman Gaharu juga bisa diolah menjadi sabun herbal hingga parfum dari ekstrak kayu gaharu yang disuling. Kayu Gaharu dibutuhkan di semua negara.

Pangsa pasar olahan Gaharu paling banyak ke Timur Tengah. Untuk jenis teh, sabun atau kopi, biasanya ke Uni Eropa.

"Dari 30 jenis pohon Gaharu, 19 jenis di antaranya asli dari Indonesia. Tapi hingga sekarang masih banyak orang belum tahu, yang tahu hanya kalangan tertentu. Padahal bisa dibudidayakan di tingkat petani kecil," jelasnya.

Di Batang, Dewi memberi pelatihan inokulasi atau cara menyuntikan pohon gaharu dengan serum atau vaksin yang dibuat sendiri. Jika membeli serum, maka petani harus siap-siap merogoh kocek mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp1 juta untuk satu kali suntik. 

Saat ini, hampir 5.000 pohon gaharu budidaya dalam kondisi tersuntik. Haraoan untuk bisa dipanen pun terbuka. Untuk masa panen minimal antara 5 tahun hingga 10 tahun.

"Budidaya itu penting, agar bisa melepas ketergantungan panen Kayu Gaharu yang tumbuh di alam. Bahkan, saat ini, pohon Gaharu termasuk kategori langka, tapi bisa dibudidayakan," tuturnya.

Dewi menyebut kesadaran nilai investasi pohon Gahayu justru sudah dipraktikan negara tetangga Malaysia. Di sana ada aturan, tiap rumah tangga wajib menanam minimal satu pohon Gaharu. Pemerintah menyediakan bibit pohon Gaharu.

"Jangan sampai nanti sudah ramai baru sadar, karena lebih dari separuh jenis pohon Gaharu berasal dari Indonesia," tuturnya.