Pesona pangan kuno Indonesia yang sudah mulai terlupakan kembali dihadirkan di ruang pamer Gedung Oudetrap Semarang. Pameran tersebut digelar oleh Javara Culture, Indonesia.
- Harga Telur Tembus Rp 29ribu
- Mitra 10 Bidik Market Semarang
- Pelanggan Setia Telkomsel, IRT Asal Semarang Mendapat Mobil Mewah
Baca Juga
Pendiri Javara Culture, Helianti Hilman, mengungkapkan dalam pameran tersebut pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk kembali mengenal warisan nenek moyang.
Dia mencontohkan beberapa rempah dan bahan pangan yakni, garam yang terbuat dari tanaman gula yang terbuat dari nipah, 14 jenis jagung dari Pulau Kisar, dan rempah-rempah lainnya. Menurutnya, sangat disayangkan apabila harta melimpah milik Indonesia tersebut harus terlupakan.
"Kami di sini menggelar pameran sekaligus Launching Javara Culture di Kota Lama. Tujuannya adalah mengajak masyarakat Indonesia untuk mengenali dan mengapresiasi kuliner Indonesia, mulai dari rempah hingga bahan pangan yang terlupakan," kata Helianti saat membuka pameran, Sabtu (13/7) malam.
Helianti mengaku dirinya memulai upaya pelestarian bahan pangan dan rempah kuno Indonesia sejak 10 tahun lalu. Saat ini pihaknya telah memiliki sekitar 900 jenis bahan pangan dan rempah Indonesia.
"Dari jumlah itu, 300 jenis sudah terverifikasi oleh Eropa, Amerika, dan Jepang. Dan 55 jenis dari jumlah itu sudah kami ekspor dalam skala besar,. Kami kerjasama dengan 52 petani, perimba, dan nelayan di seluruh Indonesia," papar dia.
Terkait kebudayaan kuno, dia mengklaim telah meneliti sedikitnya 76 jenis rempah dan bahan pangan kuno dari Indonesia.
Menurut dia, sebelum masa kerajaan sudah banyak rempah dan bahan pangan kuno yang diperdagangkan.
"Kita punya sekitar 166 jenis rempah dan bahan pangan kuno yang sementara tercatat. Kami baru dapat menemukan 76 jenis saja. Contohnya, Cabe Jawa yang mana ditemukan fosilnya di kawasan Mesopotamia," terangnya.
Helianti menambahkan dalam tiga tahun terakhir pihaknya telah berupaya meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk menggunakan rempah dan bahan pangan lokal.
Dia mengklaim, saat ini lebih banyak anak muda yang mau mengapresiasi kuliner asli Indonesia.
"Sekarang prosentasenya sekitar 50 persen ekspor dan 50 persen domestik," imbuhnya.
Helianti berharap ke depan semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengapresiasi dan mencintai kuliner Indonesia.
"Prinsip kami adalah, Shop, Eat, Learn. Jadi masyarakat bisa belajar memasak juga bersama kami," pungkas dia.
- PLN UP3 Surakarta Dorong Ekosistem Kendaraan Listrik di Solo Raya
- Kampung Wisata Cikadu Turut Dibangun Di KSPN Tanjung Lesung
- Kadin Kota Semarang Ramaikan Pasar Johar