- Hormati Cikal Bakal Desa, Warga Honggosoco Bersedekah Bumi
- Melihat Dalamnya Kraton Bersama Putri PB XII, Kondisi Bangunan Memprihatinkan
- Gua Kreo: Keseruan Perebutan Sesajen Rewanda
Baca Juga
Kadilangu yang merupakan tempat tujuan wisata ziarah memiliki sejarah panjang dalam peradaban nusantara dan berkontribusi bagi Kabupaten Demak hingga saat ini.
Berbicara mengenai Kadilangu tidak bisa terlepas dari Demak sendiri yang masa itu dipimpin oleh Sultan Fatah yang saat itu menguasai Kerajaan Islam di Jawa. Dimana pada saat itu Walisongo yang memberikan dukungan pada Kerajaan Demak dengan sebutan Dewan Walisongo.
Hal tersebut dikisahkan oleh R Kristiawan Saputra, selaku ahli waris Sunan Kalijaga dan Ketua Yayasan Sunan Kalijaga saat ditemui RMOL Jateng di kediamannya di Kadilangu, Demak, Senin (27/11).
Dijelaskan, salah satu Dewan Walisongo yang berfungsi sebagai Dewan Penasehat Sultan Fatah pada saat itu adalah Sunan Kalijaga, yang menurutnya memiliki karakteristik yang unik.
"Unik dalam arti, beliau memiliki cara sendiri untuk mengajarkan agama Islam ke masyarakat yang saat itu mayoritas beragama Hindu, salah satunya melalui Budaya," ucapnya.
Beberapa diantaranya adalah dengan menggunakan dongeng wayang juga musik, misalnya musik lingsir wengi yang merupakan saduran dari Al-quran.
"Misalnya dalam pertunjukan wayang yang diselenggarakan di serambi Masjid, maka masyarakat yang nonton diminta untuk bersuci dulu. Ada kolam besar untuk melakukan wudhu," kisahnya.
Lalu lagu Lingsir Wengi merupakan sebuah panjatan doa insan manusia yang disampaikan pada Allah pada waktu malam.
"Sunan saat itu mengajak untuk tahajud. Dimana syairnya memiliki arti luar biasa merupakan lirik yang disadur dari ayat - ayat suci Al-quran," ucapnya.
Dari jasa - jasa beliau itulah, lanjutnya, maka Sultan Fattah memberikan tanah sebanyak 27 desa, yang tersebar di Demak, Kudus , Pati, Purwodadi. Kadilangu dipilih menjadi sentralnya untuk mendirikan pondok ngaji.
Masa peralihan dari tanah pemberian raja menjadi tanah pardikan membuat akhirnya tanah untuk ahli waris Sunan Kalijaga hanya ada satu yakni Kadilangu sampai sekarang.
Peralihan kepemimpinan pun terjadi. Bermula dari setelah Sunan Kalijaga wafat kepemimpinan berubah menjadi Panembahan, lalu Pangeran Wijil, lalu Pangeran Wijil I, II, III, IV, V lalu berubah menjadi Kepala Perdikan, lalu Sesepuh hingga sekarang.
"Sesepuh itu adalah sebutan jabatan untuk Ketua Adat Kadilangu disebut Pak Sepuh yang mana merupakan junjungan kami karena sebagai Ketua," ucap Kristiawan yang merupakan putra dari Sesepuh terakhir yang menjabat seumur hidup.
Terkait kontribusi Kadilangu saat ini bagi Pemerintah Daerah, Ia menyebutkan bahwa Kadilangu memberikan masukan pada Pemda melalui retribusi.
"Terkait kontribusi Kadilangu saat ini adalah, bahwa Kadilangu jug memberikan pemasukan PAD pada Pemerintah Demak melalui retribusi," pungkasnya.
- Seniman dan Komunitas Pertanyakan Revitalisasi TBRS
- Karnaval Pembangunan, Tampilkan Kirab Budaya dan Aneka Mobil Hias
- Pagelaran Legenda Gua Kreo Dihelat Memukau