Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, namanya kini mulai muncul hiasi perpolitikan Jawa Tengah jelang pendaftaran peserta calon pemilihan gubernur (Pilgub) di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
- Viral Baliho Ucapan Ulang Tahun Sang DPR-RI
- Momen Haru Akad Nikah Putri Politisi PDI-P, Ganjar Pranowo Hadir Jadi Saksi Nikah
- BEM STIMIK Tunas Bangsa Banjarnegara Ajak Masyarakat Tolak Hasil Revisi UU TNI, Kepolisian, Dan Kejaksaan
Baca Juga
Sosoknya tidaklah nama baru lagi di dunia politik. Kaesang statusnya menjabat Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Munculnya Kaesang di dalam bursa calon sebenarnya bagi beberapa pihak telah dilihat sejak awal.
Namun, akhirnya baru muncul detik-detik terakhir. Nama Kaesang juga sampai sekarang dijagokan untuk maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Tetapi, tak kunjung juga memutuskan benar-benar maju.
Lantas, apakah Pilkada Jawa Tengah akan mirip Pemilu lalu, dan ada campur tangan Jokowi?
Pengamat Politik Universitas Diponegoro, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Dr Teguh Yuwono, mengatakan, situasinya tidak jauh berbeda dengan Pemilu 2024 lalu. Presiden Jokowi memiliki power kekuasaan untuk mengatur dinamika perpolitikan di tingkat bawah, dan kekuatan itu kemungkinan bakal mempunyai pengaruh besar.
"Pilpres dan Pilkada nggak akan jauh berbeda ada suatu man power kekuasaan Jokowi andil besar bisa dibilang mengatur segalanya. Tinggal hasilnya saja, ditentukan pemilih karena tipikal pemimpin idaman setiap orang tidak bisa dipaksakan," jelas Teguh sambil sedikit beri candaan, Rabu (10/07).
Momen Pilkada Jawa Tengah, jika Teguh melihat, dapat dimanfaatkan Jokowi untuk mendulang panen trah dibangun sebagai lumbung. Potensi besar menjanjikan, bahkan justru bisa untuk batu loncatan di level politik berikutnya lebih tinggi.
Permainan politik Jokowi, Teguh menilai, sebenarnya dapat mudah dibaca jika memahami sedikit dalam. Melalui sudut pandang pemahaman dirinya, Teguh menyebut, jalur kekuasaan rencana besar telah dimulai Jokowi susunan komposisinya mengandalkan peta kekuatan dari beberapa wilayah basis pendukung.
Dilihat dari beberapa rencana skenarionya, Jokowi sebetulnya tidak tertarik ikutsertakan Kaesang di DKI Jakarta.
Apalagi jika membandingkan Gibran dan Kaesang, kedua putra Presiden itu tidak dapat dibandingkan satu sama lain untuk dalam hal membangun strategi politik dan elektabilitas masing-masing.
"Ada rencana masa depan membangun power dari tingkat bawah dan itu yang dimainkan di wilayah-wilayah basis kekuatan Jokowi. Malah DKI Jakarta tidak masuk karena sudah tidak Ibu Kota. Jawa Tengah potensinya lebih dibandingkan daerah lain, apalagi Jokowi juga orang Solo. Tetapi, konteks Pilkada jika dianggap head to head komparasinya dengan Pemilu lalu, beda, masih di bawahnya satu tingkat. Termasuk Kaesang dan Gibran punya power berbeda, meski popularitas mereka berdua jika dilihat tidak jauh cuma tipis-tipis bedanya," terang Teguh.
- Pilot Project Quick Wins: Tamasya Jadi Harapan Baru Cegah Stunting Di Kawasan Industri
- Jelang Pemberangkatan Calhaj, Bupati Batang Beri Wejangan Khusus
- Nasabah Bank Jateng Boyolali Menangkan Mobil Wuling Air EV Dalam Undian Tabungan Bima