Kelompok Muda Anti Radikal Siap Bantu Polri Perangi Hoaks

Organisasi Solidaritas Anti Radikal (SATRIA) Jawa Tengah menyatakan siap membantu Polri dalam membendung penyebaran informasi hoaks.


Sosialisasi antihoax segera diintensifkan ke masyarakat baik secara interaksi langsung maupun lewat media sosial.

Ketua Satria Jateng Lathif menyampaikan bila pihaknya sudah mendapat pembekalan dari Badan Intelijen dan Keamanan Mabes Polri (Baintelkam).

Kami baru-baru ini mendapat pembekalan dari Baintelkam Polri di sekretariat kami. Segera akan kami intensifkan sosialisasi antihoax di kalangan internal kami," ungkap dia, Senin(25/2).

Menurut Lathif dalam pembekalan tersebut, Baintelkam berbagi tips untuk membedakan berita atau informasi hoax dan bukan hoax. Pihaknya jadi melek tentang informasi hoax maupun potensi bahaya penyebarannya.

Jangan mudah percaya jika tidak mencantumkan link sumbernya. Untuk pengecekan, unggah berita atau informasi itu di google, nanti akan muncul berita-berita sejenis dari beragam link pemberitaan. Dari yang sejenis yang sama berapa, kalau banyak berarti itu riil. Tapi jika hanya ada sekali dan dua kali berita, jangan percaya," bebernya berbagi tips.

Ia pun menyerukan keterlibatan aktif anggota SATRIA Jateng yang didominasi kalangan pelajar dan mahasiswa untuk membendung penyebaran informasi hoax. Keterlibatan kalangan muda dalam hal ini pelajar dan mahasiswa dinilai mampu meminimalisir potensi perpecahan diantara anak bangsa.

Silahkan baca informasi atau berita yang ada tapi jangan mudah untuk menyebarkan atau menshare. Berhati-hati atas jari telunjuknya di media sosial," katanya.

Seruan tersebut, lanjut Lathif, merupakan bentuk kepedulian kalangan muda Jawa Tengah ditengah masifnya penyebaran informasi hoax. Terlebih di musim pemilu dan tahun politik saat ini.

Warga media sosial yang merupakan representasi dari masyarakat riil mulai menunjukkan gejala perpecahan imbas termakan informasi hoax.

Misalnya seperti yang digoreng belum lama ini, berita tentang Ibu Sri Mulyani. Data dari Sri Mulyani itu bukan hoax, nah berita yang lain itu sama ndak dengan data yang diberikan Ibu Sri Mulyani ?. Jadi, pekerja juga harus jeli, pintar dan teliti membaca berita dan tidak mudah menshare," beber dia.

Ditambahkan Lathif, banyaknya anak muda milenial di Indonesia, bukan tidak mungkin menjadi sasaran pembuat dan penyebar informasi hoax. Tujuannya memecah persatuan dan kesolidan kalangan muda demi kepentingan kelompok tertentu.

Sangat khawatir jika informasi yang tidak benar itu menjadi ajang adu domba antaranggota. Tapi alhamdulillah, sampai saat ini hal itu tidak terjadi. Karenanya, kami akan lebih mengintensifkan sosialisasi antihoax di kalangan masyarakat luas", imbuhnya.