Kemilau Ponggok, Air Ajaib Sumber Kehidupan Desa

LIMA belas tahun silam siapapun tak akan menduga, sumber mata air penuh lumut itu merupakan 'tambang berlian' tersembunyi. Tempat yang saban hari digunakan untuk mencuci tikar, tenda bahkan Jeroan hewan ternak itu benar-benar tidak terlihat sebagai tempat wisata.


Umbul Ponggok, begitu masyarakat menyebut mata air  seluas lapangan sepak bola itu. Berada di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, belum ada yang menyadari potensi besar tersembunyi di Umbul Ponggok tempo dulu.

Sekilas merupakan kisah yang diceritakan Agus Santosa (48), Marketing Umbul Ponggok di era milenial saat ini. Agus masih ingat betul saat pertama kali ia mengunjungi mata air Ponggok hampir dua dekade silam. Selain dipenuhi lumut dan sampah, air Ponggok pun belum sejernih sekarang. Ketidaksengajaanlah yang mengawali munculnya potensi Umbul Ponggok.

"Saat itu  Ponggok masih dimanfaatkan lumutnya. Kemudian barulah mulai digunakan warga untuk mandi dan berenang hingga akhirnya mulai dibersihkan. Mulailah jadi tempat jeguran (bermain air) warga dan untuk latihan menyelam," ungkap pria yang akrap disapa Gondrong itu saat berbincang dengan RMOLJateng, Kamis (11/10).

Perlahan tapi pasti 'kemilau berlian' Umbul Ponggok mulai terlihat. Mata air yang juga sempat digunakan untuk pendingin mesin pabrik gula di era penjajahan itu menjelma  jadi salah satu destinasi wisata. Pantulan cermin air yang jernih dengan bebatuan alami membuat Ponggok jadi alternatif tempat bermain air dan selam permukaan yang relatif aman dan murah.

Gondrong mengungkapkan, tahun 2013 merupakan tahun kebangkitan Umbul Ponggok. Aktifitas mengeksplor tempat wisata baru yang jadi tren di dunia maya membuat Umbul Ponggok menjadi lokasi yang harus dikunjungi. Popularitasnya pun meledak, tak kurang 500 orang mengunjungi Ponggok setiap hari.

"Seperti menjual kacang di pertandingan bola, tiket masuk ke umbul laris manis. Di hari libur bahkan capai angka ribuan," beber Gondrong.

Meski demikian, tingginya pemasukan rupiah di sektor ekonomi ternyata tak membuat masyarakat desa kalang kabut. Melalui Badan Usaha Milik Desa(BUMDes) Tirta Mandiri, pengelolaan keuangan Desa Ponggok tersusun dengan  rapi. Meski sudah berdiri sejak 2009, tak bisa dipungkiri bahwa Umbul Ponggoklah yang mempunyai peran penting menumbuhkan ekonomi desa, bahkan 10 unit usaha lain terbangun berkat kemilau Umbul Ponggok.

Direktur BUMDes Tirta mandiri, Joko Winarno mengungkapkan pendapatan Desa Ponggok yang fantastis. Laba Rp 13,4 Miliar berhasil dicatatkan sebagai pendapatan BUMDes menutup tahun 2017 lalu. Jumlah tersebut jauh dari pendapatan lima tahun ke belakang yang hanya mencapai angka ratusan juta.

"Berkat air ajaib Umbul Ponggok, ekonomi masyarakat desa terangkat. Menciptakan berbagai unit usaha baru. Menciptakan berbagai aktivitas ekonomi baru juga untuk warga," kata Joko.

Dijelaskan oleh Joko, dari 10 unit usaha baru ada 7 usaha Desa Ponggok yang juga memiliki keuntungan. Diantaranya, toko desa, rental mobil, event organizer, umbul ciblon, guest house, perikanan serta pengelolaan gedung.

Selain unit usaha milik desa, banyak usaha milik warga yang juga terangkat seperti munculnya berbagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dibidang kuliner, jasa foto dalam air dan penjualan pernak-pernik buah tangan asli Desa Ponggok.

Bebas Jaminan Kesehatan dan Pendidikan

Keajaiban air Umbul Ponggok juga dirasakan warga di sektor kesehatan dan pendidikan. Tak tanggung-tanggung seluruh warga Desa Ponggok dengan total 700 KK terbebas dari iuran jaminan kesehatan BPJS. 300 KK difasilitasi BUMDes, sementara sisanya merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS).  Dalam sektor pendidikan pun demikian. Mungkin hanya Desa Ponggoklah yang mampu memberi beasiswa pendidikan untuk warganya hingga jenjang sarjana.

"Program pendidikan kami bernama 'Satu Rumah Satu Sarjana'. Ini salah satu bentuk komitmen kami mengembangkan SDM warga. Keinginan kami, para sarjana inilah yang meneruskan mengelola Ponggok," harap Joko.

Selain kesehatan dan pendidikan, berbagai program juga telah dilakukan Desa Ponggok. BUMDes selalu membuka ruang bagi berbagai macam lembaga desa mulai dari PKK hingga karang taruna. Joko mengngungkapan saat ini pihaknya tengah fokus dalam meningkatkan sektor pertanian dan peternakan Desa Ponggok.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jateng, Urip Sihabudin mengaku akan terus memberikan pendampingan bagi desa wisata di Jawa Tengah. Setidaknya ada sekira  335 desa wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Pada tahun 2018 ini, pihaknya juga telah menganggarkan Rp 5 miliar untuk pembinaan dan bantuan terhadap desa wisata di Jawa Tengah.

Selain itu, pihaknya juga menghimbau kepada pengelola desa wisata untuk selalu berinteraksi dan bekerja sama satu sama lain. Hal tersebut dimaksudkan untuk saling bertukar gagasan pengembangan desa tanpa harus merugikan atau mematikan desa wisata yang lain.

"Harus bekerja sama satu sama lain. Jangan saling mematikan. Kami akan berikan pendampingan dan pembinaan. Baik dibidang sumber daya manusia ataupun yang lain," tandas Urip.