Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat melalui Lembaga Dewan Adat (LDA) Kraton Kasunanan Surakarta mempersiapkan diri untuk mengikuti Festival Keraton Nusantara (FKN) Ke-13 yang akan digelar di Kedatuan Luwu, Palopo, Sulawesi Selatan pada 9-13 September 2019 mendatang.
- Gigantopithecus Expo 2024 Sudah Hadir Di Tegal!
- Pemkot Solo dan Seniman Wanita Terima Anugerah Kebudayaan Indonesia
- Merekam Muria, Menyulam Era: Jejak Kebudayaan Sunan Muria di Festival Pager Mangkok
Baca Juga
Pangageng Sasana Wilopo Kraton Kasunanan Surakarta, GKR Wandansari atau biasa disapa Gusti Moeng sampaikan selama dua bulan kedepan pihaknya mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam even budaya tersebut.
"Tentunya untuk mempromosikan budaya juga pariwisata Kraton Surakarta, sekitarnya," jelas Gusti Moeng, Senin (1/7) siang.
Dalam Festival Keraton Nusantara ke 13 yang akan dilaksanakan di Tana Luwu mengambil tema, "Pelestarian Nilai Budaya melalui Sinergitas Pemerintah dan Keraton Guna Meningkatkan Kualitas Industri Pariwisata dan Kearifan lokal", Kraton Surakarta akan membawa sekitar 100 orang meliputi prajurit juga penari.
"Rombongan Kraton Surakarta juga akan mengikuti karnaval dan mendirikan stand untuk mempromosikan budaya dan pariwisata," lanjutnya.
Ditegaskan Gusti Moeng, untuk mengikuti acara budaya dengan membawa personil yang tidak sedikit pastinya memerlukan dana yang cukup besar. Namun baginya keinginan untuk melestarikan budaya jauh lebih besar dan tidak bisa diukur secara materi.
"Sumber dananya dari Lembaga Dewan Adat (LDA) Kraton Kasunanan Surakarta dan kami para Sentana patungan untuk membiayai kegiatan promosi kota Solo dari sektor budaya," tandasnya.
Ditambahkan Gusti Moeng yang juga Sekjen Forum Komunikasi Informasi Keraton Nusantara (FKIKN), Festival Keraton Nusantara (FKN) ini gelar sebagai ajang silaturrahmi para Raja, Sultan Datu se-Nusantara dengan pemerintah.
Saat ini jumlah kerajaan yang masuk dalam Forum Komunikasi Informasi Keraton Nusantara (FKIKN) sekitar 49 kerajaan. Dan semuanya masih ada wujudnya berupa keraton atau kasultananannya.
Sementara itu FKN sendiri pertama kalinya di selenggarakan di kota Solo pada 1-7 juli tahun 1995 silam.
"Ada beberapa kriteria untuk masuk dalam keanggotaan FKIKN yaitu Keraton maupun kasultannnya masih ada, masyarakat adatnya masih ada, budayanya masih ada atau living heritage masih terjaga," jelas Gusti Moeng.
Gusti Moeng menegaskan perlunya pelestarian adat tradisi budaya lokal guna menunjang kepariwisataan Nasional.
Sehingga kegiatan Festival Keraton Nusantara ini dianggap dapat memberikan hal-hal positif terhadap pelestarian nilai-nilai budaya serta memberikan wawasan terhadap kebangsaan. Mempererat hubungan kebangsaan dengan berbagai suku bangsa di Indonesia.
"Juga menjunjung tinggi kebhinnekaan dari berbagai keberagaman budaya nusantara dalam mewujudkan persatuan bangsa dan melestarikan adat tradisi budaya lokal se-Nusantara," pungkasnya.
- Sambut Musim Tanam, Warga Desa Wonoyoso Gelar Sadranan
- Tinggalan Wiyosan Jumenengan Dalem KGPAA Mangkoenagoro X, Tampilkan Tari Bedhaya Anglir Mendung
- Pegiat Budaya Batang Mengungkap Sejarah Rempah di Banda