Komunikasi Politik Jokowi Berhasil Runtuhkan Kesakralan Istana

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengagumi gaya komunikasi politik Presiden Joko Widodo yang sangat piawai dalam menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal.


Komunikasi yang dibangun menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana dan merakyat, sehingga masyarakat lebih memahami pesan-pesan yang disampaikan Jokowi sapaan akrab Kepala Negara.

Hal itu dikatakan Bamsoet sapaan akrab politisi Golkar itu setelah hadir dalam acara peluncuran buku "Komunikasi Politik Jokowi" di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat kemarin (9/3). Pernyataan ini kembali dia kirim dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/3).

"Figur Presiden Jokowi yang apa adanya dan gaya bahasanya yang sederhana, justru menjadi perhatian masyarakat dan media massa untuk selalu memberitakan keunikannya," ungkap Bamsoet seperti dikutip Kantor Berita Politik

Bamsoet menilai gaya komunikasi politik Jokowi menjadi tradisi baru di kalangan Istana. Tradisi baru komunikasi politik Jokowi tersebut berhasil meruntuhkan sifat kesakralan Istana yang dipandang sebelumnya sangat kaku, formal dan penuh protokoler.

"Presiden Jokowi mempunyai banyak jurus komunikasi politik. Politik meja makan, ngeteh di beranda Istana, mengenakan sarung sebagai lambang kaum santri, adalah beberapa kepiawaian Presiden dalam membangun persepsi publik. Gaya komunikasi politik seperti itu berhasil mengubah persepsi Istana yang selalu digambarkan penuh formalitas dan protokoler," jelas Bamsoet.

Jokowi dalam memecahkan persoalan juga cenderung lebih memilih gaya komunisi politik yang halus dan santun. Jokowi jarang menyanggah atau menjawab tudingan politik yang menyerangnya dengan perkataan, namun menjawab dengan komunikasi non verbal.

"Ketika mendapat serangan keras ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dihalangi Paspampres saat ingin turun mendampingi Jokowi saat penyerahan Piala Presiden 2018 kepada Persija, Jokowi tidak banyak berkomentar. Cukup Jokowi mengajak Pak Anies duduk satu mobil, selesai. Inilah cara-cara komunikasi politik yang efektif," kata Bamsoet.

Dia melihat kekuatan utama Jokowi adalah karena ia tidak berusaha menjadi orang lain. Jokowi selalu hadir tanpa "make up" dan kepalsuan. Sehingga masyarakat maupun media massa selalu tertarik memberitakan sosoknya. Tanpa canggung, Jokowi juga beberapa kali menggunakan media sosial untuk memperlihatkan kesehariannya kepada masyarakat.

"Masyarakat jadi tahu bagaimana kesehariaan Presiden Jokowi di luar tugas kenegaraan. Melalui vlog, twitter, instagram, maupun instrumen media sosial lainnnya, Presiden Jokowi berhasil menyampaikan pesan bahwa dirinya juga manusia biasa yang juga menjalankan aktivitas kesehariaan seperti kebanyakan orang lainnya," demikian Bamsoet.