Koresponden Al Jazeera Ditangkap Polisi Israel Saat Liput Demo Di Sheikh Jarrah

Seorang koresponden Al Jazeera yang tengah meliput aksi demonstrasi di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur ditangkap oleh polisi Israel.


Seorang koresponden Al Jazeera yang tengah meliput aksi demonstrasi di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur ditangkap oleh polisi Israel.

Ia adalah Givara Budeiri, koresponden Al Jazeera di Yerusalem. Menurut laporan Al Jazeera, Budeiri ditangkap pada Sabtu (5/6) dan peralatan liputannya dihancurkan. Ketika itu, ia sedang melaporkan aksi duduk untuk memperingati Al Naksa yang ke-54.

Hoda Abdel Hamid dari Al Jazeera mengatakan Budeiri ditangkap tanpa alasan yang jelas dan telah melaporkan sambil mengenakan jaket dengan tulisan "pers" di atasnya. Sebelum ditangkap, Budeiri bahkan telah menunjukkan kartu pers seperti yang diminta polisi Israel.

"Dia didorong, itu berlanjut saat ia mencoba mendapatkan kartu persnya. Dan saat juru kamera mencoba menjangkaunya, kameranya pecah," kata Abdel Hamid.

"Kami berbicara dengan beberapa saksi dan mereka semua mengatakan tidak ada alasan untuk ketegangan semacam itu dan tidak jelas mengapa mereka memutuskan untuk secara khusus mengejar Givara sementara ada dua jurnalis lainnya yang melakukan sama persis seperti yang dia lakukan," jelasnya.

Dalam sebuah pernyataan, polisi Israel mengatakan pihaknya menangkap seorang pria dan wanita karena diduga telah melecehkan pasukan keamanan. Polisi Israel juga membubarkan lusinan demonstran yang berhasil mencapai Sheikh Jarrah.

Barbara Trionfi dari International Press Institute, mengungkapkan keterkejutannya atas penangkapan tersebut dan menyerukan agar Budeiri segera dibebaskan.

"Ini benar-benar mengerikan. Kami telah melihat banyak serangan yang ditargetkan terhadap jurnalis oleh pasukan Israel selama beberapa minggu dan bulan terakhir dan ini, sayangnya, bukan kasus yang terisolasi,†kata Trionfi.

"Perilaku seperti ini oleh pasukan Israel sama sekali tidak dapat diterima," tegasnya.
Jurubicara Reporters Without Borders, Sabrina Bennoui mengatakan penangkapan itu mengejutkan dan tidak dapat diterima.

"Ini jelas merupakan pelanggaran kebebasan pers, karena jurnalis ini dapat dikenali dengan jelas karena dia mengenakan rompi pers, dan ada keinginan yang jelas dari otoritas Israel untuk mencegah jurnalis melakukan pekerjaan mereka dan melaporkan di lapangan," pungkasnya.