Kreativitas Warga Pagilaran Batang Olah Benalu Jadi Teh Herbal

Di tangan Sixtin Kristiana (26) dan keluarganya, benalu tanaman teh diolah menjadi racikan untuk minuman herbal.


Sixtin, warga RT 10/ RW 3, dukuh Pagilarang, desa Keteleng, kecamatan Balado, mengolah hama jadi produk Teh Benalu. Masyarakat sekitar percaya bahwa teh benalu punya khasiat untuk kesehatan.

"Jadi awalnya pada tahun 90-an, ada orang yang mencari benalu teh di sini. Katanya untuk obat. Pencariannya itu atas saran dokternya, lalu ayah saya mencarikan," cerita perempuan yang tinggal di sekitar agrowisata kebun teh Pagilaran itu, Selasa (2/11).

Sejak saat itu, ayahnya mulai meracik benalu menjadi teh. Hal itu diikuti oleh tetangganya, hingga teh benalu jadi salah satu ikon di wilayahnya.

Awalnya, ayahnya hanya sekadar menjual, tapi ia pun akhirnya turun tangan.Di tangan Sixtin, teh benalu dikemas dengan bungkus yang rapi dan modern. 

Bahkan, ia membuat warung teh bermodel kafe di depan rumahnya yang diberi nama Seatap. 

"Kalau meraciknya mudah. Benalu tanaman teh dipotong-potong, terus dijemur sampai kering. Kalau cerah antara empat hingga lima hari," jelasnya.

Setelah kering, lalu benalu teh itu disangrai (digoreng tanpa minyak). Kemudian, ia mengemasnya dengan ukuran berat 50 gram per kemasan.

Ia menjual teh benalu seharga Rp25 ribu per kemasan. Dalam seminggu, ia bisa memproduksi 100 kemasan.

"Khasiatnya apa? Katanya bisa melancarkan peredaran darah, untuk penyakit dalam, terapi tumor dan sebagainya. Itu penuturan dari yang mencari," katanya.

Sixtin pun memanfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan pembeliannya. Ia sudah pernah mengirim teh benalunya hingga ke Sulawesi.

Sebenarnya, pernah ada tawaran dari pabrik obat yang akan dipakai untuk obat herbal. Tapi keluarganya terpaksa menolak karena kesulitan mencari bahan baku.

"Butuhnya ton-tonan, kalau di sini sudah habis untuk produksi warga. Makanya kami tidak bisa menerima tawaran itu," ucapnya.