Lebih Baik Mana, Gagasan Prabowo Atau Jokowi

Masyarakat pemilih perlu mengetahui siapa calon pemimpin yang layak untuk menakhodai Indonesia lima tahun mendatang agar tidak salah memilih.


Hal itu dapat dilihat dari tujuan dan visi pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Prabowo-Sandi) maupun Joko Widodo-Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf).

Menurut pengamat politik Panji Nugraha, rakyat perlu berpikir secara objektif agar tidak salah memilih pemimpin pada Pilpres 2019. Termasuk soal siapa pasangan calon yang mampu membuat Indonesia keluar dari keterpurukan.

"Saat ini para pasangan calon sudah membocorkan visi mereka, seperti pasangan Prabowo-Sandi fokus dalam bidang ekonomi dan Jokowi-Ma'ruf fokus pada persoalan rekonsiliasi lebih kepada soal persatuan dan ideologi," tuturnya kepada wartawan, Senin (20/8).

Panji mengatakan, dari kedua gagasan yang ditawarkan sudah tentu dituntut relevansinya dengan kondisi Indonesia dewasa ini. Apakah persoalan Indonesia adalah persoalan rekonsiliasi ideologi, soal ras, suku dan agama, ekonomi, lapangan pekerjaan atau anjloknya rupiah dan harga bahan pangan pokok.

"Sepertinya dua ide gagasan ini dilatarbelakangi oleh capres Prabowo yang fokus ekonomi memilih Sandiaga Uno untuk mendampinginya karena melihat latar belakang Sandiaga Uno sebagai pebisnis yang mengerti persoalan ekonomi. Begitu juga Prabowo sebagai turunan dari begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo dan Margono Djojohadikusumo pendiri Bank BNI.

Di sisi lain, Jokowi memilih berpasangan dengan Kiai Ma'ruf selaku ketua umum MUI yang melihat persoalan Indonesia lebih kepada persatuan yang terancam karena SARA. Maka dari itu, tidak salah pula memilih Kiai Ma'ruf sebagai pendamping karena berlatar belakang ulama yang dinilai mampu mewujudkan visi rekonsiliasi tersebut.

"Dari gagasan yang ditawarkan pasangan Prabowo-Sandi maupun Jokowi-Ma'ruf, masyarakat dapat menentukan pilihannya ingin Indonesia sejahtera atau Indonesia bersatu. Artinya, ke depan, pasangan calon akan mempertajam gagasan tersebut dengan program-program yang dapat diimplementasikan secara nyata. Dari sinilah dimulai masyarakat harus cerdas memilih berdasarkan hal tersebut bukan berdasarkan sentimen," tutup Panji yang juga direktur eksekutif Bimata Politica Indonesia (BPI).