Industrialisasi membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor, baik itu ekonomi, sosial, maupun budaya. Ada sebuah kekhawatiran yaitu keberlangsungan seni dan budaya tradisional yang telah menjadi bagian integral dari identitas Kabupaten Batang selama bertahun-tahun.
- Pegiat Literasi Batang Persembahkan Film Dokumenter tentang Pahlawan KH Ahmad Rifa'i
- Festival Ogoh-Ogoh, Kedepankan Semangat NKRI
- Al Quran Raksasa Dan Kiswah Ka'bah Ada Di Ponpes Nurul Huda Sragen
Baca Juga
Hal itu terungkap dalam acara diskusi Kebudayaan Lokal di Tengah Arus Industrialisasi Kabupaten Batang yang digelar Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCNU Batang di Pendopo Kantor Bupati.
Yuhan, Ketua Lesbumi PCNU Batang, mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak pembangunan industri terhadap kebudayaan lokal.
“Dengan adanya pembangunan industri di Kabupaten Batang, tentu akan ada banyak orang yang datang, bukan hanya dari luar kota, tapi juga dari luar pulau, bahkan luar negeri. Kehadiran mereka bisa membawa pengaruh yang cukup besar terhadap budaya dan tradisi lokal yang telah ada sejak lama di sini,” jelasnya, Senin (2/9).
Yuhan menyoroti risiko yang dihadapi oleh masyarakat lokal terkait dengan masuknya budaya asing yang bisa memengaruhi kehidupan sosial di Batang.
“Masuknya orang dari luar daerah, tentu akan mempengaruhi konteks sosial. Hal inilah yang membuat kita khawatir akan adanya kontaminasi atau pengaruh dari luar terhadap budaya atau tradisi tradisional yang ada di Kabupaten Batang,” tambahnya.
Menurut Yuhan, diperlukan sebuah desain kebijakan yang dapat menjaga keseimbangan antara perkembangan industri dan pelestarian budaya lokal. Baginya, seni dan budaya tradisional bukanlah sesuatu yang harus dikorbankan demi kemajuan ekonomi. Sebaliknya, keduanya harus bisa berjalan beriringan, saling mengisi, dan memperkaya satu sama lain.
Diskusi yang diadakan oleh Lesbumi ini bukan hanya sekadar pertemuan biasa. Ini adalah sebuah langkah awal untuk merumuskan strategi agar budaya tradisional Kabupaten Batang tetap bertahan di tengah arus modernisasi. Yuhan menyampaikan harapannya agar diskusi ini bisa menghasilkan rekomendasi yang konkret dan dapat diimplementasikan.
“Harapan dengan adanya masukan dari para seniman yang hadir, kita bisa tetap menjaga koneksi antar seniman daerah. Ke depan, kita juga berharap bisa menggelar pementasan yang intinya merawat kebudayaan atau tradisi yang sudah ada di Kabupaten Batang,” tegasnya.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran para seniman dan budayawan dalam menjaga agar budaya tradisional tidak tergilas oleh perkembangan zaman. Keberlangsungan seni dan budaya tradisional menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah, tapi juga seluruh elemen masyarakat.
Di sisi lain, Ketua PCNU Kabupaten Batang, KH A Munir Malik, turut menegaskan komitmen organisasi yang dipimpinnya dalam menjaga kebudayaan lokal.
“Kita di PCNU Batang akan terus merawat kebudayaan lokal agar tetap lestari di tengah perkembangan zaman,” ujar Munir.
Komitmen ini bukanlah sekadar janji kosong. PCNU Batang telah berulang kali terlibat dalam berbagai kegiatan kebudayaan, baik dalam bentuk diskusi, pementasan seni, maupun pelatihan kepada generasi muda. Semua ini dilakukan demi menjaga agar warisan budaya yang telah ada sejak lama bisa terus dinikmati oleh generasi mendatang.
Acara diskusi ini juga dimeriahkan dengan penampilan beberapa seni tradisional, seperti pencak silat, kuda lumping, dan barongan. Kehadiran para seniman dari Pekalongan dan Kendal menambah semarak acara, sekaligus menjadi bukti bahwa seni tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat.
- Lopis Raksasa Setinggi 2 Meter Meriahkan Tradisi Syawalan Di Pekalongan
- Jaran Bigar, Seni Tradisional Icon Karanganyar
- Warga Rela Iuran Demi Gapura