Melalui Infaq Selamat, Lima Siswa SMAN 1 Sigaluh Sukses Wujudkan Mimpi

Lima siswa berprestasi SMAN 1 Sigaluh menunjukkan pengumuman diterima diperguruan tinggi negri dan mendapat hadiah Infaq Selamat, Kami (8/5). Dok SMAN 1 Sigaluh
Lima siswa berprestasi SMAN 1 Sigaluh menunjukkan pengumuman diterima diperguruan tinggi negri dan mendapat hadiah Infaq Selamat, Kami (8/5). Dok SMAN 1 Sigaluh

Langit cerah diatas lapangan SMAN 1 Sigaluh menjadi saksi haru perpisahan 252 siswa kelas XII, Kamis (8/5). Upacara pelepasan dan penyerahan Surat Keterangan Lulus (SKL) berlangsung sederhana.


Mengenakan seragam OSIS, para siswa melepas topi dan dasi sekolah sebagai simbol akhir masa putih abu-abu. Namun, bukan hanya kelulusan yang dirayakan hari itu.

Lima siswa dari keluarga tidak mampu menerima penghargaan dan bantuan biaya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 

Mereka adalah pemilik Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang berhasil lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), namun masih dihantui tunggakan Uang Kuliah Tunggal (UKT).

"Kami kawal sejak awal. Dari pembuatan akun KIP sampai pengumpulan donasi. Ini perjuangan bersama," ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, Heni Purwono, seusai acara. 

Sekitar 90 siswa tahun ini mengajukan KIP Kuliah. Dari jumlah itu, hanya beberapa yang berhasil tembus perguruan tinggi negeri.

Menurut Heni, bantuan yang diberikan bersumber dari Infaq Selamat dana sukarela dari guru dan siswa yang selama ini digunakan untuk mendukung siswa kurang mampu dan kegiatan keagamaan.

Dana itu, kata Heni, dialokasikan antara lain untuk transportasi, perlengkapan sekolah, hingga biaya awal masuk kuliah yang tidak tercakup oleh KIP.

"Mereka masih harus tes kesehatan, lapor diri, bayar kost, dan makan. Bahkan di beberapa kampus, UKT semester satu tetap harus dibayar. Kalau tidak dibantu, mimpi mereka bisa kandas begitu saja. Padahal ini peluang emas untuk memutus rantai kemiskinan," katanya.

Kelima siswa penerima bantuan adalah Khairunisa Intan (Pendidikan Fisika, UIN Walisongo Semarang), Revani Yulistin (Ilmu Gizi, UIN Walisongo Semarang), dan Hidayah Syaiful Anwar (Informatika, UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto). Ketiganya masih menghadapi kebingungan karena kebijakan UKT awal.

Adapun dua lainnya Muhammad Rai Valdi (Teknik Informatika, Universitas Airlangga) dan Nagita Eva Widianti (Biologi Terapan, Universitas Jenderal Sudirman) dinyatakan aman karena bebas UKT di semester pertama.

Hidayah Syaiful Anwar, siswa berkacamata yang diterima di UIN Saifuddin Zuhri, mengaku keluarganya terpukul setelah tahu harus membayar UKT Rp4 juta. 

"Orang tua saya syok. Kami kira semua akan ditanggung KIP. Tapi ternyata tidak langsung cair," katanya.