Mendulang Energi Hijau dari Tumpukan Sampah Putri Cempo

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat mengunjungi lokasi pembangunan PLTSa Surakarta. foto: jatengprov.go.id
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat mengunjungi lokasi pembangunan PLTSa Surakarta. foto: jatengprov.go.id

Atok Ishaan, mengaku, bau sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Surakarta, sangat mengganggu lingkungan. Timbunan sampah yang menggunung, bukan saja di musim hujan atau pun musim kemarau, menebarkan aroma tak sedap. Bau tidak sedap yang sangat mengganggu kesehatan warga itu, kata dia, tercium sangat pekat di hidung jika angin bertiup sangat kencang ke arah perumahan warga.


Dari kompleks Perumahan Puncak Solo, yang menjadi tempat tinggal Atok, jarak TPA Putri Cempo, sejatinya, berjarak cukup jauh, sekitar 5 kilometer. Namun, baunya tetap menjangkau kawasan kompleks perumahan.

‘’Baunya sangat menyengat, apalagi kalau musim hujan. Saat musim kemarau sama saja, baunya bisa sampai ke sini,’’ ungkap Atok Ishaan, warga Perumahan Puncak Solo, Mojosongo, kepada RMOL Jateng, Rabu (15/12).

Karena bau yang sangat menyengat, membuat warga mengeluh. Untuk makan, menjadi terganggu, karena aroma tak sedap itu.

Petugas Damkar Surakarta menyemprotkan air ke tumpukan sampah di TPA Putri Cempo, yang dibakar. foto: jatengprov.go.id

Namun, keluhan warga soal bau tak sedap itu, tak lama lagi, akan menjadi cerita masa lalu. Bau sampah akan hilang, dan berganti dengan energi listrik yang akan dihasilkan dari berton-ton sampah yang menggunung di TPA Putri Cempo.

Hal itu setelah, Kota Surakarta, khususnya TPA Putri Cempo, menjadi satu dari 12 kota di Indonesia yang ditunjuk untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).  Penunjukan itu melalui Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.

PLTSa Surakarta memanfaatkan komposisi sampah yang terakumulasi dari TPA Putri Cempo dengan total kebutuhan sampah sekitar 450 ton per hari. Dengan menggunakan incinerator, energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah tersebut untuk menggerakan generator yang kemudian menghasilkan listrik. Dalam catatan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)  Jateng, kapasitas sampah di TPA Putri Cempo dalam setahun mencapai 94,9 juta ton.

Data potensi sampah yang bisa diolah jadi energi hijau dari  beberapa TPA di Jateng. foto: Dinas ESDM Jateng.

Direktur PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP), Elan Syuherlan, mengatakan, jika proyek ini sudah berjalan, sebanyak 450 ton sampah bisa diolah dalam sehari.

Proyek investasi bernilai US$16 juta setara dengan Rp226 miliar itu dengan kapasitas 5 Mega Watt (MW) itu, sempat terhenti selama enam bulan pada 2020 lalu, akibat Pandemi Covid-19.  Namun, kembali berjalan dan saat ini mencapai 65,43 persen.

‘’Hingga November 2021, progress PLTSa Surakarta secara keseluruhan 65, 43 persen, dan dijadwalkan COD pada  April 2022,’’ ungkap General Manager (GM) PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah & D.I. Yogyakarta M Irwansyah Putra, menjawab RMOL Jateng, Rabu (15/12).

Atasi Problem Sampah Menuju Waste to Energy

PT PLN (Persero) sendiri akan membeli listrik yang dihasilkan dari PLTSa Surakarta seharga US$13,35 sen per kWh atau setara Rp1.800/kWh. Pembelian listrik dari PLTSa terbesar di Jawa Tengah ini, kata Irwansyah Putra,  merupakan bentuk dukungan PLN dalam mengatasi permasalahan sampah di Surakarta.

Langkah PLN tersebut  menjadi bagian transformasi PLN melalui aspirasi Green, dengan meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) dalam penyediaan listrik nasional.

Irwansyah Putra menambahkan, bauran EBT yang dilakukan PLN di Jateng dan DIY hingga tahun 2021 ini sebesar 4.63  persen.

‘’Mendukung target bauran energi sebesar 23 persen di tahun 2025,  PLN UID Jateng-DIY akan terus menambah kapasitas pembangkit EBT sampai dengan  kapasitas 609.89 MW,’’ tandasnya.

Selain lewat PLTSa, bauran EBT yang dilakukan PLN di Jateng-DIY melalui Pembangkit listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listri Tenaga Mikrohidro, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap. Selain PLTSa Putri Cempo, PLN juga sudah memanfaatkan biogas untuk PLTSa Jatibarang dengan kapasitas 0,8 MW yang mulai beroperasi di tahun 2019.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengaku bangga dengan pembangunan PLTSa Putri Cempo, yang dinilainya telah memberi solusi tumpukan sampah di TPA Putri Cempo yang mencapai 94,9 juta ton setahun.

“Setidaknya sudah ada tiga lokasi pengolahan sampah di Jateng, yakni di Semarang menjadi gas metan, Cilacap menjadi briket, dan di Solo ini menjadi energi listrik. Tiga contoh ini menjadi bukti, bahwa Jateng siap mengatasi problem sampah dan menuju waste to energy,” papar Ganjar.

Listrik bagi Masyarakat Miskin

Kehadiran pembangkit listrik dari energi ramah lingkungan, mampu menjawab kebutuhan energi yang kian besar di masa datang. Saat energi dari minyak dan gas bumi (migas) makin terbatas, upaya PT PLN (Persero) untuk mencari energi alternatif yang ramah lingkungan patut didukung dan diapresiasi semua pihak.

Penggunaan energi hijau yang ramah lingkungan, mampu menjawab kebutuhan energi listrik masyarakat. Di Jateng-DIY, rasio elektrifikasi hingga 2021 telah mencapai 99,99 persen.

Bukan hanya menjangkau konsumen umum, PLN UID Jateng-DIY bekerjasama dengan Pemprov Jateng juga menyasar masyarakat miskin. Kerjasama itu dalam bentuk penyambungan baru listrik bagi masyarakat miskin.

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, bekerjasama dengan PLN UID Jateng-DIY, pihaknya melakukan pemasangan baru listrik bagi 750 rumah tangga miskin, yang merupakan bagian dari Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem (PKE) di lima kabupaten di Jateng, yakni Brebes, Pemalang, Banyumas, Banjarnegara dan Kebumen.

‘’Hingga November 2021, APBD Jateng telah memberikan bantuan sambungan listrik bagi 48.223 rumah tangga miskin se-Jateng dengan anggaran Rp900 ribu per sambungan,’’ kata Sujarwanto, kepada RMOL Jateng.

Sujarwanto mengaku sangat mendukung upaya PLN UID Jateng-DIY yang terus memperluas cakupan bauran EBT dalam penyediaan kebutuhan listrik di wilayah ini. Hal itu menjadi bagian tak terpisahkan untuk kian meningkatkan bauran EBT, khususnya di Jawa Tengah.

Provinsi Jateng tercatat berhasil melampaui target bauran EBT sesuai Rencana Umum Energi Daerah (RUED). Pada 2018, dari target bauran EBT 10,32%, berhasil dicapai 10,82%. Pada 2019 dari target 11,11% tercapai 11,69%. Untuk tahun 2020, dari target yang dicanangkan 11,60%,  tercapai 11,89%.  Bauran EBT itu terus ditargetkan meningkat setiap tahun. 

Tahun 2021 ini, target bauran EBT 13,14% dan 2022 sebesar 15,29%.  Pada 2023,  Jateng menargetkan 15,96%, dan 2025 sebesar 21,32%. Dengan dukungan semua pihak, termasuk upaya dari PLN, Sujarwanto optimistis seluruh target untuk meningkatkan penggunaan EBT di Jawa Tengah itu,  diyakini bakal tercapai.