Merancang Bersama Materi Press Release Untuk Media Mesir

Posisi Kontingen Pasukan Perdamaian UNEF Pada 27 Maret 1974 Sebagai Gambaran Sezaman Saat Kontingen Garuda VIII Bertugas Di Mesir. Istimewa
Posisi Kontingen Pasukan Perdamaian UNEF Pada 27 Maret 1974 Sebagai Gambaran Sezaman Saat Kontingen Garuda VIII Bertugas Di Mesir. Istimewa

Tulisan ini dimuat sebagai rangkaian tulisan dari naskah lengkap, yang kelak akan diterbitkan menjadi buku.

Sinai - Pagi di Gurun Sinai tak pernah benar-benar hangat. Udara dingin menyergap tulang meski matahari perlahan menyembul di ufuk timur. Hari itu, saya mendapat tugas istimewa: menghadiri rapat koordinasi Public Relations antar perwakilan kontingen UNEF II di Kairo, Mesir.

Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya sekadar perjalanan dinas. Tapi bagi kami yang bertugas menjaga damai di negeri penuh sejarah ini, setiap misi adalah bagian dari mozaik perdamaian.

Saya sempatkan menyeruput secangkir kopi panas dan sepotong roti bakar di kantin barak—ritual sederhana yang membuat langkah terasa mantap. Sang sopir, rekan setia dalam misi-misi lapangan, sudah menunggu di balik kemudi. Kami memahami rute luar kepala: dari barak, menembus gurun, melewati dua pos tentara Mesir yang dikenal ketat. Namun, sebagaimana sudah jadi semacam kebiasaan diplomatik, sebungkus kopi dan gula cukup menjadi surat jalan yang membuka palang dan jalan.

Sekitar sejam kemudian, kami tiba di Pos Suez, titik penghubung utama sebelum menyeberang ke wilayah barat Terusan Suez. Rekan-rekan sesama prajurit Garuda VIII menyambut dengan hangat. Setelah koordinasi cepat, kami menyeberang tepat pukul 09.00. Terusan itu bukan sekadar jalur pelayaran strategis dunia - bagi kami, itu adalah pintu gerbang dari sunyinya gurun ke dinamika antarnegara.

Di Kairo, rapat digelar dengan atmosfer kolaboratif. Dipimpin oleh perwakilan dari Kanada, pertemuan ini dihadiri tujuh negara yang tergabung dalam UNEF II: Indonesia, Kanada, Finlandia, Ghana, India, Polandia, dan Swedia. Fokus utama adalah menyusun press release bersama mengenai kegiatan dua bulan terakhir: patroli rutin, distribusi bantuan, dan misi kemanusiaan di zona penyangga antara Mesir dan Israel.

Kesepakatan penting lahir: akan diadakan jumpa pers dengan melibatkan sejumlah media nasional dan internasional di Kairo. Kami sepakat, suara damai tak boleh hanya bergema di barak atau laporan internal PBB. Dunia perlu tahu bahwa para penjaga perdamaian di sini bekerja bukan hanya menjaga senjata tak berbunyi, tapi juga menjaga kemanusiaan tetap hidup.

Tulisan Sudadi sebelumnya tentang Kontingen Garuda VIII dapat dibaca pada tautan berikut:

Langkah Sunyi Diplomasi Indonesia Di Panggung Perdamaian Dunia

Menariknya, rapat juga membuka ruang non-formal. Usulan demi usulan mengalir, dan akhirnya disepakati dua kegiatan penyegar semangat: lomba lari estafet dan menembak. Di tengah rutinitas dinas yang tegang, dua lomba itu menjadi ajang perekat antarbangsa—menguatkan rasa saling percaya dan sportivitas yang tak kalah penting dari strategi militer.

Ketika rapat ditutup, saya menatap keluar jendela ruang pertemuan. Kairo tetap sibuk dengan lalu lintas dan denyut kotanya. Tapi bagi kami hari itu, sebuah bab kecil telah ditulis dalam buku besar perdamaian. Sebuah perjalanan lintas gurun yang tak hanya mengantar laporan, tapi juga menguatkan semangat: bahwa komunikasi adalah senjata paling halus dalam menjaga dunia tetap damai. (Bersambung)

*) Sudadi, Staf Khusus DPP LVRI, Veteran Kontingen Perdamaian Garuda VIII 1978