Tujuh Bangsa Menjaga Damai Di Gurun Sinai

Mayjen Rais Abin Memperhatikan Anggota Garuda VIII Dalam Penugasan Mereka Di Gurun Sinai Sebagai Bagian Dari UNEF 1978. Istimewa
Mayjen Rais Abin Memperhatikan Anggota Garuda VIII Dalam Penugasan Mereka Di Gurun Sinai Sebagai Bagian Dari UNEF 1978. Istimewa

Tulisan ini dimuat sebagai rangkaian tulisan dari naskah lengkap, yang kelak akan diterbitkan menjadi buku.

Sinai - Pasca Perang Yom Kipur tahun 1973, Dewan Keamanan PBB membentuk Pasukan Darurat PBB Kedua (UNEF II) melalui Resolusi 340 untuk menjaga gencatan senjata antara Mesir dan Israel. UNEF II terdiri dari sekitar 7.000 personel dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Austria, Finlandia, Ghana, India, Irlandia, dan Swedia.

Kontingen Indonesia, termasuk Resimen Mahasiswa, bertugas di wilayah rawan ranjau dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat lokal. Tiap bangsa membawa keunikan: Austria dengan dukungan logistik, Finlandia yang tenang dalam patroli, Ghana yang menyentuh hati penduduk, India dengan layanan medisnya, Irlandia yang disiplin, dan Swedia yang memperkuat pemantauan teknologi.

Tulisan Sudadi sebelumnya mengenai Kontingen Garuda VIII dapat dibaca pada tautan berikut:

Malam Di Pos Monyet: Menjaga Sunyi Di Tengah Sisa Perang

Selain menjalankan tugas resmi, hubungan antarpersonal tumbuh hangat di tengah gurun. Saya pribadi menjalin persahabatan erat dengan pasukan Ghana, yang sering berkunjung dan saling bertukar jaket serta emblem satuan. Di balik seragam PBB, kami membangun jembatan kemanusiaan, membuktikan bahwa perdamaian juga dibentuk oleh keramahan dan saling percaya.

UNEF II menjadi simbol bahwa dunia bisa memilih dialog, bukan senjata. Di gurun Sinai, Indonesia ikut menorehkan peran mulia dalam sejarah perdamaian global. (Bersambung)

*) Sudadi, Staf Khusus DPP LVRI, Veteran Kontingen Perdamaian Garuda VIII 1978