Mendulang Finansial dengan Pembayaran Digital

Transformasi Ekonomi Berbasis Digital
Seorang pembeli menggunakan QRIS sebagai sarana transaksi di Pasar Johar Semarang, belum lama ini. RMOL Jateng
Seorang pembeli menggunakan QRIS sebagai sarana transaksi di Pasar Johar Semarang, belum lama ini. RMOL Jateng

Pemerintah berkomitmen mempercepat pemulihan perekonomian bersamaan dengan gelaran Presidensi G20 Indonesia. Percepatan digital yang inklusif, berkelanjutan dan memberdayakan mendorong masyarakat semakin melek digital demi mendulang finansial.


Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia memacu sinergi lintas sektoral dalam pemanfaatan teknologi digital sektor keuangan. 

Teknologi digital telah menjadi komponen utama dalam kehidupan sehari-hari dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs). 

"Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung Sustainable Development Goals. Pesatnya perkembangan digitalisasi akan mempercepat perubahan banyak sektor," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika, Mira Tayyiba dikutip dari laman kominfo.go.id. 

Pandemi Covid-19 menjadi momentum perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Digitalisasi berkembang pesat dan masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan tersebut. Di tengah disrupsi, ekonomi digital Indonesia mampu menjadi sektor yang resilien dan tangguh. 

Dalam hal ini, sektor keuangan digital memiliki kelebihan seperti meminimalisir kontak dan praktis. "Sehingga memberi kenyamanan bertransaksi yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif, berkelanjutan dan memberdayakan," tutur Jubir Kementerian Kominfo Dedy Permadi dilansir kominfo.go.id. 

Jasa keuangan digital bisa diakses dalam beragam bentuk layanan. Dalam aspek pembiayaan digital, Indonesia telah memiliki Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) atau kode respons cepat standar Indonesia. Standardisasi pembayaran digital atau secara elektronik berbasis kode baca cepat ini menyatukan kode baca cepat beragam layanan penggunaan uang elektronik. Diantaranya OVO, Gopay, LinkAja, DANA, dan mobile banking. Penerapan QRIS terus diperluas guna menambah jumlah gerai dan transaksi. 

Di Provinsi Jawa Tengah, Perwakilan Bank Indonesia menargetkan penggunaan QRIS hingga akhir 2022 mencapai 2.163.000. Data menyebutkan, pencapaian penambahan pengguna QRIS hingga Juli 2022 mencapai 1.311.415. 

Adapun, pertumbuhan jumlah merchant per Agustus 2022 mencapai 136,6% (yoy), 1.907.016 merchant. Dalam kurun waktu tersebut berhasil menghimpun transkasi per Mei 243% (yoy) atau mencapai Rp294M. Selain itu, pertumbuhan volume transaksi per Mei 60%(yoy) mencapai 3.752.885 transaksi.

"Bank Indonesia gencar melakukan sosialisasi ke masyarakat baik pasar tradisional, pusat perbelanjaan modern, UMKM, pemerintah, sekolah," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, di Kota Semarang, belum lama ini.

Sosialisasi penggunaan QRIS di salah satu sudut Pasar Johar Kota Semarang. RMOL Jateng

Melalui program SIAP (Siap, Inovatif, Aman Pakai) QRIS merupakan hasil kolaborasi antara Bank Indonesia dan Kementerian Perdagangan untuk memperluas implementasi pada pasar tradisional dan pusat perbelanjaan. Langkah ini guna membantu memperlancar konsumsi masyarakat di era pandemi dan endemi Covid-19.

Demi menggalakkan digitalisasi pembayaran menggunakan QRIS, Bank Indonesia telah menyusun sebuah visi digitalisasi yang menavigasi sistem pembayaran ke depan, yaitu Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025. 

Dalam BSPI 2025, lanjut Rahmat, Bank Indonesia akan membawa 91,3 juta penduduk unbanked dan 62,9 juta UMKM ke dalam ekonomi dan keuangan formal secara sustainable melalui pemanfaatan digitalisasi. 

Tercatat sudah 15 pasar tradisional di Jawa Tengah sudah menggunakan QRIS untuk bertransaksi. Di Semarang, ada di Pasar Johar, Pasar Peterongan, Pasar Pedurungan, Pasar Gayamsari, Pasar Kliwon, Pasar Karangjati. 

Adapun di Solo, ada di Pasar Nusukan, Pasar Klewer dan Pasar Gede. Di daerah lain, yakni di Purwokerto ada di Pasar Manis, Pasar Sumpyuh, Pasar Buntu dan Pasar Wangon. Di Tegal pun sudah dijangkau QRIS yaitu Pasar Sugih dan Pasar Subah. 

"QRIS sangat memudahkan pedagang bertransaksi dengan konsumen dan uang akan langsung masuk ke rekening pedagang. Hadirnya QRIS di pasar tradisional diharapkan masyarakat paham dalam bertransaksi, paham dalam berbelanja dan paham dalam berhemat," terang dia. 

Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah gencar melakukan sosialisasi dan edukasi guna mencapai target tersebut. Di pusat perbelanjaan khususnya di Kota Semarang tercatat lima mal sudah menggunakan QRIS. 

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah mendorong pengusaha maupun mal lainnya di Kota Semarang dan sekitarnya bisa menerapkan hal yang sama. Pemanfaatan penggunaan QRIS di pasar tradisional mulai dirasakan pedagang yang sudah memiliki barcode sebagai sarana transaksi pembayaran. 

Pedagang sudah diberikan barcode sebagai sarana transaksi pembayaran. Pembayaran dari pembeli tersebut langsung masuk ke rekening pedagang. Pemilik Sri Underwear Johar Semarang, Sri Mulyani mengaku merasakan kemudahan menggunakan pembayaran digital. 

"Menghindari uang palsu. Dulu sebelum menggunakan QRIS mesti mengecek keaslian uang yang diterima," terang Sri, di Pasar Johar Kota Semarang, Jumat (14/10). 

Selain meminimalisir peredaran uang palsu, pedagang tidak perlu repot-repot menukar uang jika membutuhkan uang kembalian untuk pembeli. Namun begitu, pedagang kadang was-was uang belum masuk jika sinyal kurang bagus. 

"Kadang takut pembeli bilang sudah transfer tapi notifikasi belum masuk. Jadi memang tergantung sama sinyal," kata ibu satu anak ini. 

Kemudahan lainn, pembeli tidak perlu mencari ATM (anjungan tunjangan mandiri) jika mengalami kekurangan uang saat belanja. 

Lapak miliknya sudah menggunakan QRIS sejak Februari 2022. Dia menilai, pengguna QRIS diakui didominasi generasi muda. "Untuk ibu-ibu belum begitu banyak karena masih takut kalau salah transfer. Kalau pembeli anak muda malah bertanya bisa scan?," ujarnya lagi. 

Sri mengaku, penggunaan QRIS semakin mudah karena uang aman tersimpan di bank. Penggunaan uang juga bisa diatur untuk kebutuhan operasional dagangan dan keluarga.

"Kadang merasa aneh karena pulang dagang tidak bawa uang tapi untuk kulakan tinggal transfer tidak perlu bawa cash dalam jumlah banyak yang rawan kejahatan," ujarnya tergelak.

Digitalisasi ekonomi memiliki tantangan bagi masyarakat Indonesia seperti masih asing dalam penerapan bertransaksi. RMOL Jateng

Digitalisasi ekonomi inipun memiliki tantangan tersendiri. Masih banyak masyarakat Indonesia yang asing dan belum tepat dengan penggunaannya. Ody, penjaga toko mainan Max Shop mengaku, pembeli lebih suka membawa uang tunai dibandingkan membayar pakai QRIS. 

"Sebagian besar pembeli untuk dijual lagi jadi mereka adalah berdagang. Mereka ke sini (lapak) dengan membawa uang cash hasil penjualan di toko miliknya,” kata dia yang memiliki toko di Pasar Johar Kota Semarang.

Padahal, lanjut dia, toko mainan tersebut menawarkan diskon 5% untuk pembayaran digital menggunakan QRIS. 

"Saya selalu menawari pembeli untuk pakai QRIS saja tapi masih ga yakin,” kata dia. 

Oleh sebab itu, dia mengharapkan sosialisasi dilakukan lebih gencar dan berkala. Tujuannya  semakin menjangkau kalangan menengah ke bawah. 

"Sekarang semua orang sudah pakai HP (handphone/ gawai) pintar tinggal ditambah lagi sosialisasi langkah-langkah menggunakan QRIS jadi tidak perlu bawa uang dalam jumlah banyak," tukasnya.