Mahfud MD mengundurkan diri dari posisi Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) di Kabinet Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
- Prabowo Jadi Jenderal Bintang 4, Qodari Ungkap Jejak Karier Menhan Itu Dalam Militer
- Qodari Bongkar Fakta di Balik Video Viral yang Disebut Bukti Kecurangan Pilpres 2024
- Jabat Menteri ATR/BPN, Qodari : Ini Pintu Pembuka Strategis Bagi AHY dan Partai Demokrat
Baca Juga
Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, termasuk Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari.
Qodari menilai, Mahfud MD adalah sosok yang sangat dihargai dan didukung oleh Jokowi. Hubungan keduanya selama ini harmonis dan saling membantu.
Bahkan, Jokowi pernah ingin menjadikan Mahfud MD sebagai calon wakil presiden (cawapres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Namun, rencana itu gagal karena tidak mendapat restu dari beberapa elit partai politik, seperti Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.
Alasannya, Muhaimin khawatir Mahfud MD akan merebut posisinya sebagai ketua PKB, karena Mahfud MD memiliki kedekatan dengan keluarga mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
"Jadi memang sebetulnya sangat disayangkan apa yang terjadi pada Pak Mahfud karena tahun 2019 ya, kita cerita apa adanya, sebetulnya yang ingin serius betul mengusung Pak Mahfud itu untuk jadi calon wakil presiden adalah Pak Jokowi. Nah justru yang kemudian tidak mendukung Pak Mahfud pada waktu itu ya setahu saya nih ya itu adalah PKB, Pak Muhaimin begitu," kata Qodari dalam sebuah video yang diunggah di channel Youtube PANANGIAN SIMANUNGKALIT, Sabtu (3/2).
Tidak hanya Muhaimin, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri juga tidak memberikan dukungan kepada Mahfud MD.
Padahal, Megawati seharusnya bisa menghargai Mahfud MD sebagai tokoh yang berpengalaman di tiga bidang, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta memiliki integritas tinggi.
"Nah tapi yang lebih masalah lagi adalah pada waktu itu Ibu Mega, Bu Mega tidak membela Pak Mahfud, istilahnya turun tangan manggil misalnya Muhaimin, Mas Muhaimin Pak Mahfud dikasih jalan aja lah. Kalau pinjam istilah Bu Mega sekarang kan Pak Mahfud ini kan tokoh yang berpengalaman di tiga bidang pernah di eksekutif, legislatif pernah yudikatif dan orangnya berintegritas," ujarnya.
"Kenapa argumen itu enggak keluar tahun 2019? Kenapa baru keluar sekarang ya itu maksudnya gitu lho," tambahnya.
Saat ini, Mahfud MD menjadi cawapres dari Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Qodari mengingatkan, Mahfud MD harus bersyukur karena ada seseorang yang pernah berjuang mati-matian untuk menjadikannya cawapres di tahun 2019. Orang itu adalah Jokowi.
“Tapi saya juga mau bilang begini Pak Mahfud tolong ya, walaupun Pak Mahfud itu mencalonkan diri sebagai cawapres dan berhadapan dengan Prabowo-Gibran, Pak Mahfud juga jangan lupa sebetulnya tahun 2019 itu yang mau memperjuangkan dengan maksimal Pak Mahfud dan mau Pak Mahfud jadi wakil presiden itu adalah Pak Jokowi. Jangan lupa,” tegasnya.
Lanjut Qodari, jasa Presiden Jokowi untuk melindungi serta membela Mahfud MD saat diserang oleh orang-orang yang tidak menyukainya cukup besar.
Oleh karena itu, walaupun Mahfud MD sudah berada di luar pemerintahan, Qodari menasihati supaya Mahfud MD tidak melupakan sejarah.
“Dan ketika kena veto ya, kena torpedo, Mahfud ini disebut istilahnya torpedo tak terkendali tapi tahun 2019 ini torpedo yang ditorpedo. Ditorpedo oleh elit-elit politik ini. Sebetulnya dulu itu yang mau betul-betul membela Pak Mahfud itu adalah Pak Jokowi,” ucapnya.
“Jadi tolong diingat Pak jangan juga Bapak setelah keluar lalu kemudian ngomongnya gak pakai rem, kenapa? Bapak walaupun sudah di luar pemerintahan, jangan lupa 2019 itu lho, kalau tidak ditorpedo oleh para ketua partai politik itu harusnya cawapres itu pada hari ini adalah Bapak, bukan Pak Maruf Amin begitu,” bebernya.
Namun, meski Mahfud MD tidak menjadi cawapres, Presiden Jokowi tetap berteguh hati untuk membelanya dan merangkulnya masuk kabinet dengan posisi yang terhormat sebagai Menko Polhukam.
“Jadi pada tahun 2019 Mahfud ini kan cawapres hari ini yang tertukar begitu, nah jadi yang membuat itu batal adalah bukan Pak Jokowi. Nah setelah akhirnya cawapres yang tertukar ganti dengan Maruf Amin yang menjaga kehormatan dan tetap menghormati Pak Mahfud dan memberikan kehormatan itu adalah Pak Jokowi lagi dengan menjadikan Menko Polhukam,” ungkapnya.
“Saya mau katakan karena Pak Jokowi itu betul-betul menjaga marwahnya Pak Mahfud setelah sempat terdiam di kafe gak jadi cawapres kan begitu kan,” lanjutnya.
Oleh sebab itu, Qodari menyarankan Mahfud MD tetap bersikap loyal dan juga turut menghormati Presiden Jokowi.
Qodari membandingkan Mahfud dengan eks Politisi PDIP Maruarar Sirait alias Ara yang dijegal di detik-detik saat akan diangkat menjadi menteri. Sikap Ara tetap loyal dan tegak lurus terhadap Presiden Jokowi.
“Bandingkan dengan Ara Sirait, Ara Sirait waktu tahun 2014 mau jadi menteri kena torpedo juga kan, setelah ditorpedo Ara Sirait tetap loyal kepada Pak Jokowi sampai dengan hari ini bahkan menunjukkan loyalitasnya makin nyata pada hari ini,” katanya.
“Saya kira Pak Mahfud juga ingatlah apa yang terjadi pada Ara Sirait, Ara Sirait ditorpedo dibelain oleh Pak Jokowi dan tetap loyal. Pak Mahfud ditorpedo dibantu diberikan kehormatan oleh Pak Jokowi kalau bisa ya tetap membela gitu dengan caranya sendiri,” ucap Qodari.
Lebih jauh Qodari menuturkan mundurnya diduga karena Mahfud terjebak dalam situasi yang tidak enak dan menjadi canggung sebab menyerang pemerintahan Presiden Jokowi saat debat cawapres kedua, tetapi Qodari meyakini situasi tersebut sebenarnya tidak diinginkan oleh Mahfud.
“Mungkin juga situasi dan kondisinya tidak seperti yang beliau bayangkan tapi saya yakin dalam hatinya sebetulnya Pak Mahfud ini gak mau istilahnya head to head atau berhadapan dan menyerang Pak Jokowi. Dan menurut saya itu kalau dilihat dari sejarah tadi,” paparnya.
“Mungkin gak banyak yang tahu nih saya ceritakan kalau ingat sejarah itu menurut saya Pak Mahfud juga tetap harus menjaga marwahnya Pak Jokowi karena Pak Jokowi ini adalah orang yang mau memberikan kehormatan sangat besar kepada bapak sebagai cawapres dan memberikan kehormatan dan sudah terjadi dan sudah dilakukan adalah dengan Menko Polhukam, itu tolong diingat Pak, tolong diingat Pak Mahfud,” pintanya.
Qodari menerangkan meskipun sudah bukan bagian dari pemerintah, Mahfud MD sebaiknya tidak ikut-ikutan menyerang pemerintahan Presiden Jokowi.
“Ada orang yang baik banget sama beliau itu, tapi beliau ini nyerang-nyerang, walaupun keluar ya jangan nyerang-nyerang lagi, ingat ya. Orang diberikan kehormatan paling besar yang motong Bapak itu bukan Pak Jokowi lho ya tapi orang yang mencalonkan Bapak sekarang. Dan orang yang mengangkat Bapak, diberikan kehormatan sebagai Menko Polhukam adalah orang yang sekarang Bapak mau serang,” tukas Qodari.
- Warga Grobogan Antusias Sambut Kedatangan Jokowi
- Jokowi Temui Para Calon Kepala Daerah, Dua Diantaranya Dari Karanganyar Dan Solo
- Presiden Jokowi Resmikan Kawasan Industri Terpadu Batang, Siap Tampung 250 Ribu Tenaga Kerja