Pasca Terkurung, Gusti Moeng dan Abdi Dalem Ziarah ke Imogiri Bantul

Setelah 3 hari dua malam terkurung tanpa penerangan, dan makan seadanya di dalam Kraton Surakarta, GKR Koes Moertiyah Wandansari langsung berziarah ke makam leluhur Mataram di Pajimatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta.


Setelah 3 hari dua malam terkurung tanpa penerangan, dan makan seadanya di dalam Kraton Surakarta, GKR Koes Moertiyah Wandansari langsung berziarah ke makam leluhur Mataram di Pajimatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Saat berziarah, Putri PB XII yang biasa disapa Gusti Moeng ini, didampingi sentono maupun abdi dalem Kraton Kasunanan Surakarta.

"Kemarin saya ke makam leluhur di Pajimatan Imogiri, Bantul," jelas Gusti Moeng, Senin (15/2).

Di komplek pemakaman raja-raja Mataram ini, Gusti Moeng mendoakan para leluhur dan meminta kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar Keraton Surakarta kembali baik, aktivitas budaya terus berjalan dan rukun damai semuanya.

"Kami juga berdoa agar Kraton dijauhkan dari marabahaya maupun orang-orang yang tidak berkepentingan yang mengaku utusan raja, yang malah justru memperkeruh suasana Keraton Surakarta dan menghambat perdamaian antara kakak dan adik," ungkap Gusti Moeng.

Gusti Moeng mengaku, pascakonflik 2017 yang berujung pengusiran dirinya bersama gusti yang lain (adik PB XIII) dan sentono abdi dalem, pihaknya tidak bisa lagi mendapatkan akses masuk ke dalam Kraton. Dikarekan tidak mendapatkan izin dari Sinuwun PB XIII.

"Karena tidak bisa masuk dalam kraton maka kegiatan adat dan budaya yang berada di dalam karaton tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya di karenakan tertutupnya semua akses masuk bagi sentono dalem, abdo dalem garap (abdi dalem yang bekerja setiap harinya di dalam karaton)," bebernya.

Bahkan berimbas pula terhadap kegiataan pengembangan budaya dan penelitian dari universitas, mahasiswa yang ingin belajar di sasana pustaka juga terhenti.

Diungkapkan, saat ini yang juga dikhawatirkan adalah kondisi dalam Sasana Pustaka yang berisi dokumen, naskah-naskah kuno yang menjadi warisan budaya leluhur tanah Jawa khususnya karaton surakarta

"Inilah yang terjadi, karena polemik panjang yang tidak berkesudahan ini berdampak besar bagi pelestarian dan pengembangan budaya Jawa khususnya Kraton Surakarta. Ini kerugian luar biasa bagi kami masyarakat adat karaton surakarta dan seluruh masyarakat Indonesia," pungkas Gusti Moeng. [sth]