PB Arista Pastikan Diri Raih 27 Medali Kejurkot Bulutangkis PBSI Kota Semarang

Setelah lima hari berjuang dalam ajang Kejuaraan Kota (Kejurkot) PBSI Kota Semarang, sebanyak 27 Atlet PB Arista melaju ke Semi Final yang berlangsung hari ini, Jumat (22/7/2022).


Meski demikian, PB Arista telah memastikan diri membawa pulang sebanyak 27 medali. 

Raihan medali itu didapatkan dari atlet semua usia yang dipertandingkan mulai tingkat Dasar, Madya, Utama hingga Dewasa, single maupun double putra dan putri.

Dari 27 atlet yang masuk semi final, 15 diantaranya akan bertarung kembali pada laga final yang akan berlangsung besok, Sabtu (23/7/2022).

Pelatih Kepala PB Arista Setiyo Purwanto mengaku bangga dengan perjuangan anak-anak didiknya. Pasalnya, setiap kali ajang kejuaraan bulu tangkis selalu mendominasi perolehan medali.

"Pada ajang Kejuaraan Bulu Tangkis Piala Kapolrestabes yang berlangsung Maret 2022, PB Arista meraih 22 medali dan Juli 2022 ini kita pastikan meraih 27 medali. Ini sebuah kemajuan," ujar Purwanto, Jumat (22/7/2022).

Keberhasilan tersebut lanjut Purwanto, berkat kerja keras semua pihak, atlet, pelatih dan orang tua atlet. 

"Keberhasilan ini berkat kekompakan dan kerja keras semua pihak, atlet, orang tua dan para pelatih," tandas Purwanto.

Meski demikian lanjut Purwanto, jangan pernah berpuas diri, jangan pernah merasa hebat, jangan pernah merasa jumawa karena masih PR yang harus diselesaikan.

"PR nya masih banyak, yang belum juara masih banyak, maka ini PR kita yang harus diperhatikan, maka jangan pernah merasa puas, jangan jumawa dan jangan pernah merasa hebat," pungkas Purwanto.

Ajang Pembantaian

Dalam Kejurkot PBSI Bulan Juli 2022 ini dibuat aturan yang dinilai tidak masuk akal, dimana dengan alasan kesepakatan semua pelatih, PBSI membuat aturan semua atlet yang pernah juara harus naik ke tingkat utama meski saat juara tidak pada kelasnya.

Aturan tersebut dinilai ada sisi baik dan buruknya. Sisi baiknya atlet yang pernah juara meski tidak pada kelasnya akan berjuang sehingga mampu mengukur kemampuannya.

Sebaliknya, sisi buruk dari aturan tersebut menjadi ajang pembantaian bagi atlet yang jauh dari kelasnya.

"Kasihan, juaranya pada saat usia pradini, tapi naik kelas ke usia dini harus bertanding di kelas utama, secara skill masih jauh sehingga kalau saya bilang jadi ajang pembantaian," ujarnya.

Idealnya lanjut orang tua dari klub besar di Semarang ini, yang naik ke kelas utama adalah atlet yang juara pada kelasnya.

"Kalau dia juara di tingkat pemula, di kejuaraan selanjutnya boleh masuk ke kalas pemula utama, tapi kalau dia juara pada saat di kelas anak kemudian dipaksa harus bertanding di kelas pemula utama itu sangat berat bagi anak. Mental anak bisa drop, tolong PBSI memikirkan hal ini," pintanya.

Sementara itu pihak PBSI Kota Semarang selaku penyelenggara mengatakan, aturan tersebut tidak baku dan aturan itu atas usulan para pelatih klub di Kota Semarang.

"Ini aturan akan kita evaluasi, karena aturan ini tidak baku atau bukan aturan PBSI secara resmi," ujar Rudy, Sekum PBSI Kota Semarang saat dikonfirmasi.