Tenaga pelatih atletik di tanah air khususnya Jateng tertinggal jauh dalam penguasaan Iptek dari luar negeri.
- One Way Diperpanjang Sampai Siang, Arus Balik Di Kalikangkung Lancar
- Sejak Dibuka, Wisma Atlet Sarengat Batang Masih Sepi Pasien Covid-19
- Piveri Berbagi Alat Dengar dan Kursi Roda
Baca Juga
Tenaga pelatih atletik di tanah air khususnya Jateng tertinggal jauh dalam penguasaan Iptek dari luar negeri.
Akibatnya, cara-cara menganalisis, evaluasi dan sejenisnya acap kali dengan konvensional.
Hal ini menjadi penekanan Ketua Umum Pengprov PASI Jateng Rumini kepada wartawan saat menjadi narasumber dikegiatan pembekalan materi/ praktek Pelatih se-Jateng di Salatiga, Kamis (25/3).
Rumini mengungkapkan, tenaga pelatih luar negeri sudah menggunakan iptek dalam menganalisis, evaluasi dan sejenisnya.
"Ini juga yang akan ditekankan kepada pelatih kita yakni iptek. Karena memang kadang pelatih beranggapan datang ke lapangan cukup, padahal iptek sangat dibutuhkan saat ini bagi pelatih," paparnya.
Tak dipungkiri, ungkapnya, banyak dilupakan dari kalangan pelatih tanah air dari segi pengetahuan baru yang memang harus diterapkan dalam satu pelatihan.
Kedepan, Pengprov PASI Jateng menyiapkan program lebih lanjut bagi pelatih diantaranya Iptek olahraga serta penyusunan metode.
"Pelatih masih banyak berfikiran tradisional. Memang pelatih di sini sukarelawan dan tidak dibayar. Tapi tak ada salahnya kita tanamkan pengetahuan lebih khususnya dalam pengelolaan iptek di bidang olahraga," imbuhnya.
Sementara, terkait keberadaan dirinya langsung menjadi narasumber dalam pelatihan pelatih yang diikuti dari perwakilan hampir seluruh kabupaten/ kota di Jateng menegaskan jika sosok pelatih memerlukan lisensi.
"Keuntungan dari pelatihan ini sendiri adalah akan mendapatkan lisensi. Pelatih memang belum dituntut untuk meraih prestasi. Tapi menata terlebih dahulu dasar karena yang akan dilatih adalah anak-anak," sebut Rumini.
Selain itu, lanjutnya, pelatih yang hadir adalah kebanyakan adalah guru nantinya menjadi dasar dalam mencari bibit atlet.
Ia mencatat, di Jateng pelatih 'level one' sebanyak 172 orang.
"Jumlah itu, adalah nomor dua tersebar di Indonesia. Jabar 176 pelatih, Jatim kurang dari 100 serta DKI malah 80-an. Sehingga, bagi mereka yang telah mengantongi sertifikat level one, tidak boleh mengikuti. Dan selanjutnya, bisa menjadi pelatih di klub," pungkasnya.
- Jalan Sambiroto Dibetonisasi, Pengendara Harap Sabar!
- Pemprov Jateng Rencanakan Vaksin Ketiga Untuk Tenaga Kesehatan
- Ungkap Kasus Cabul dengan Cepat, Polresta Surakarta Dapat Penghargaan dari Tim Reaksi Cepat PPA