Pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim kembali menyuarakan rencananya untuk menjatuhkan pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.
- Polisi Ungkap Motif Pelaku Penembakan Shinzo Abe
- Pemerintah Indonesia Belum Punya Akses Temui WNI Yang Ditembak
- Pertemuan Joe Biden dan Paus Fransiskus Diwarnai Hangat dan Tawa
Baca Juga
Pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim kembali menyuarakan rencananya untuk menjatuhkan pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.
Melalui sebuah pernyataan yang dirilis pada Kamis (8/10), Ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR) itu mengatakan akan bertemu dengan Yang Dipetuan Agong Sultan Abdullah pada pekan depan, dikutip dari Kantor Berita RMOL.
Pertemuan itu dikatakan akan membahas klaim Anwar yang pada bulan lalu menyatakan telah memiliki suara mayoritas di parlemen untuk membentuk pemerintahan baru.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Yang Mulia karena telah mengizinkan saya bertemu pada Selasa, 13 Oktober 2020. Insya Allah," kata Anwar, seperti dikutip CNA.
Bulan lalu, tepatnya 23 September, Anwar mengatakan telah memiliki suara mayoritas di parlemen dan pemerintahan Muhyiddin telah jatuh.
Klaim Anwar tersebut memicu drama politik baru di Negeri Jiran yang sebelumnya telah diwarnai dengan mundurnya Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri yang digantikan oleh Muhyiddin.
Ketika itu, Anwar enggan membeberkan daftar pendukungnya. Alih-alih, ia mengatakan akan menyebutkan pihak-pihak yang mendukungnya jika telah bertemu dengan sang raja. Namun ketika itu, Yang Dipetuang Agong tengah dirawat di National Health Institute, sehingga rencana tidak terselenggara.
"Kita membutuhkan pemerintahan yang kuat dan stabil untuk menjalankan negara ini dan menyelamatkan negara," tekan Anwar.
Untuk membentuk pemerintahan baru, Anwar harus mendapatkan hampir dua pertiga dukungan dari 222 anggota parlemen.
Sejauh ini, baik pihak istana maupun kantor perdana menteri belum memberikan tanggapan. Seorang Yang Dipertuang Agong di Malaysia merupakan peran seremonial. Namun ia dapat menunjuk perdana menteri yang menurutnya kemungkinan memiliki mayoritas di parlemen. Ia juga dapat membubarkan parlemen dan menggelar pemilihan atas saran perdana menteri.
- Peneliti Inggris Temukan Gen Yang Dapat Mendeteksi Dini Kasus Covid-19
- Tokyo Minta RS Perbanyak Tempat Tidur Khawatirkan Kasus Covid-19 Naik Saat Olimpiade
- Penimbunan Vaksin oleh Negara Kaya Disebut Bencana Kegagalan Moral Dunia