Pemkot Semarang Dorong Pelaku IKM Masukan Produk dalam E-Catalog

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berupaya membuat pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) memasukkan produk yang mereka jual kedalam e-catalog. Tujuannya agar pelaku IKM di Kota Semarang bisa naik kelas dan produk yang mereka jual bisa dikenal lebih luas lagi.


Kepala Dinas Perindustrian (Disperin) Kota Semarang, Tri Supriyanto mengatakan saat ini pihaknya berusaha memasukan produk pelaku IKM kedalam e-catalog melalui Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

“Kita fasilitasi agar mereka bisa masuk e-catalog, jadi misalnya industri logam, bahan bangunan dan industri batik. Total ada 80 barang, dan jumlah ini akan terus bertambah,” kata Tri dalam acara Diseminasi dan Pengembangan IKM melalui Promosi serta Publikasi di Aula SMI Puri Anjasmoro, Kamis (24/11).

Disperin juga mempertemukan pelaku IKM dengan para pengusaha untuk memasarkan produk mereka. Fasilitas yang diberikan oleh dinas kepada pelaku IKM seperti izin usaha, usaha di kawasan industri, sertifikasi halal, SNI serta pelatihan dan pendampingan pelaku industri kecil hingga terbentuknya sentra.

“Melalui desiminasi ini, pelaku IKM bisa berkonsultasi dan dekat dengan Pemkot lewat Disperin. Kita disini juga melibatkan penguasa, agar pelaku usaha bisa punya koneksi,” bebernya.

Saat ini Disperin juga sudah membentuk beberapa sentra. Sentra yang paling baru adalah sentra IKM batik di kawasan Malon, Kecamatan Gunungpati. Dengan desiminasi ini diharapkan pelaku IKM akan memiliki koneksi lebih banyak dan harapannya mereka bisa naik tingkat lebih tinggi lagi.

“Kami ini intinya akan membantu mereka dari segi pemasaran, serta koneksi agar pelaku IKM bisa lebih berkembang,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang, Joko Susilo meminta kepada masing-masing kelurahan bisa melakukan kegiatan yang menjadi pusat keramaian dan bisa menggandeng pelaku IKM. Paling tidak, lanjut Joko, kegiatan tersebut dilakukan satu pekan sekali misalnya dengan melakukan pameran produk IKM atau pasar tiban.

“Kami terus mendorong pihak kelurahan untuk membuat pusat keramaian, misal dengan menggelar pasar tiban seminggu sekali agar pelaku UMKM dan IKM ini bangkit,” jelas Joko.

Ia berharap melalui pusat keramaian yang dibuat di masing-masing kelurahan, produk IKM yang hadir di acara tersebut bisa terangkat dan pelaku IKM juga tidak lagi bingung untuk memasarkannya.

“Kami punya gagasan pusat keramaian bisa berupa pasar tiban seminggu sekali di Kelurahan Krobokan dan Manyaran. Jadi produk IKM bisa masuk juga disitu,” tandasnya.