Pengamat politik Adi Prayitno, menilai hasil pemilihan umum (Pemilu) 2019, tidak akan terpaut jauh dari hasil jajak pendapat sejumlah lembaga survei.
- Sambut Pilgub Jateng 2024, Eko Suwarni Minta Restu Ulama Kharismatik Mbah Lepo
- Tiga Kandidat Pilbup Purworejo Duduk Dalam Satu Meja
- KPU Kota Semarang Pastikan Penghitungan PPK Tidak Ada Kendala
Baca Juga
Menurut dia, hanya adanya peristiwa ‎luar biasa yang bisa merubah hasil survei lembaga kredibel yang telah dirilis beberapa waktu lalu.
‎"Kalau melihat kecenderungan trend survei, tetap Jokowi yang unggul. Di (hasil) survei itu kan nyaris tidak ada pergerakan signifikan, terutama survei-survei yang dikeluarkan oleh lembaga yang secara reguler melakukan survei, bukan (lembaga survei) yang hanya muncul lima tahun sekali‎," kata pengamat dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu dalam keterangan tertulis pada RMOLJateng, Senin (15/4/2019).
‎Diketahui, Charta Politika menempatkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf di angka 55,7 persen, sementara tingkat keterpilihan pasangan Prabowo-Sandiaga sebesar 38,8 persen.
Hasil survei teranyar Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang dirilis pada Jumat, 12 April lalu, juga hampir senada. Jokowi-Ma’ruf Amin unggul dengan 56,8 persen dan pesaingnya 37 persen.
Selain itu, ‎pasangan capres nomor 01 juga unggul berdasarkan survei Indo Barometer dengan 59,9 persen sedangkan Prabowo-Sandiaga sebesar 40,1 persen.
Lembaga Survei Median juga menggulkan petahana meski selisihnya tipis. Jokowi-Ma'ruf 47,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 39,5 persen.
"Kecenderungannya tetap unggul, bisa dua digit atau satu digit. Itu artinya selama kampanye, debat kandidat, itu memang tidak terlampau mengubah peta politik," ucapnya.
Kalaupun ada tren kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandi, kata dia, itu berasal dari swing voter sebab basis pemilih Jokowi juga trennya naik.
Ini juga bisa diterjemahkan bahwa swing voter mengalami penurunan hingga terkikis menjadi 7 persen.
"Artinya tidak ada migrasi pemilih dari 01 ke 02. Kecenderungannya hanya saling memperebutkan swing voter itu. Jokowi tidak memiliki tren turun, Prabowo juga demikian. Artinya strong voter kedunya tidak ada yang pindah," ujarnya.
Merujuk data itu, Adi berpendapat, hasil Pilpres 17 mendatang tidak akan jauh berbeda dari kebanyakan hasil survei. Menurtunya, kalaupun ada kecendrungan berubah, tidak akan terlalu signifikan.
"Misalnya diprediksi menang 10-15 persen, kalaupun toh error, (margin error) survei itu kan 4 persen. Paling jatuhnya menang 10-11 persen. Itu margin error yang masih bisa ditoleransi," jelasnya.
- PBB Kembali Bersengketa Dengan KPU
- Buat Video Dukungan Bupati 2024, ASN Grobogan Dipermasalahkan
- Gelagat Gerindra Usung Duo Srikandi Di Pilwakot Salatiga