Konflik Partai Demokrat kini berada di tangan Pemerintah, khususnya Kemenkum HAM. Jika, kubu KLB Moeldoko dimenangkan, ada dua opsi bagi AHY, yakni islah dengan kubu Moeldoko atau mendirikan partai politik baru. Hal itu disampaikan pengamat politik dan hukum Kantor Ketaren.
- Terbukti Aniaya Kader PDIP, Sidang MKP Partai Gerindra Resmi Pecat Joko Santoso dari Ketua DPC Gerindra Kota Semarang
- Calon Peserta Pemilu 2024 di Salatiga 19 Parpol
- KPU Purworejo Meminta Warga Bekerja Sama Dengan Petugas Pantarlih Untuk Pemutakhiran Data Pemilih
Baca Juga
Konflik Partai Demokrat kini berada di tangan Pemerintah, khususnya Kemenkum HAM. Jika, kubu KLB Moeldoko dimenangkan, ada dua opsi bagi AHY, yakni islah dengan kubu Moeldoko atau mendirikan partai politik baru. Hal itu disampaikan pengamat politik dan hukum Kantor Ketaren.
Advokat dari KSP Law Firm Jakarta itu, memrediksi pemerintah akan menerima pendaftaran Pengurus versi KLB. "Jika Pengurus Demokrat versi AHY tidak terima atau merasa keberatan dapat mengajukan gugatan ke PTUN," tegas Kantor Ketaren, kepada RMOL Jateng, Kamis (18/3).
Advokat yang pernah 28 tahun berkiprah di dunia militer ini menganalisis, Demokrat pascakonflik akan ditinggalkan konstituennya jika terus berkonflik. Apalagi jika 'dosa-dosa politik' yang selama ini tertutup rapat dibuka ke publik.
Namun jika terjadi islah antara kelompok AHY dan kelompok Moeldoko, menurut advokat yang mendalami bidang hukum militer ini, Demokrat masih dimungkinkan bertahan atau meskipun mengalami penurunan.
"Dibutuhkan kerja keras dan konsolidasi menyeluruh untuk tetap bertahan. Terutama dilakukan pergantian pengurus dengan memasukkan nama-nama yg direlomendasikan kedua kubu," tegas pria asal Batak Karo ini.
Kantor menilai, kekeliruan SBY selama ini adalah terlalu percaya diri dan tidak memahami dinamika internal partai. Ketika SBY sebagai Ketum dan Ibas sebagai Sekjen sudah ada rasa kekecewaan dari kader Demokrat, tetapi saat itu masih diam.
"Namun, ketika SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi, AHY yg masih 'hijau' dijadikan Ketum dan Ketua Fraksi DPR dipegang lbas serta terjadi penyingkiran terhadap tokoh-tokoh senior partai, dorongan utk 'mengubur' trah Cikeas kian menguat. Mereka mencari 'tokoh kuat' untuk menggeser AHY dan SBY," imbuhnya.
Jika rekonsiliasi atau islah dengan kubu Moeldoko tidak tercapai, menurut Kantor, solusi terbaik bagi SBY dan AHY dengan mendirikan partai baru, sekaligus untuk menguji kesetiaan pendukung Demokrat selama ini, apakah berpihak ke AHY atau Moeldoko.
"Saya menduga secara perlahan AHY akan ditinggalkan pengurus Demokrat saat ini dan lebih memilih kubu Moeldoko yang lebih menjanjikan. Pasti terasa berat, tapi harus dijalani," tegasnya.
Mengenai adanya ambisi SBY untuk menaikkan AHY pada Pilpres 2024, menurutnya, AHY belum menjadi lawan tangguh. Kalau pun masuk Capres, masih pemain pemula. Kalah dengan tokoh-tokoh yang sudah beken, seperti Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, bahkan tokoh muda Demokrat, yakni Wagub Jatim Emil Dardak yang diketahui memiliki kemampuan intelektual hebat dan sudah berpraktek di pemerintahan.
"Kelemahan AHY belum pernah terlibat dalam pemerintahan sehingga belum kelihatan kemampuan manajerialnya. Pengalamannya masih sebatas tingkat Danyon atau eselon 3 untuk ukuran staf di pemerintahan. Nama AHY dikenal lebih dikarenakan nama besar dan pengaruh SBY," tandasnya. [sth]
- Gibran Kunjungi Sentra Batik Trusmi Cirebon
- Andika-Hendi Menggugat!
- Tak Cuma UMKM, Bumdes, dan Koperasi Bakal Dilibatkan di Program Makan Gratis Prabowo-Gibran