Momen mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang tertangkap kamera mencium tangan Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jadi sorotan.
- Rutan Salatiga Sinkronisasi Data NIK Warga Binaan
- Live dengan Bambang Sadono, Calon Wali Kota Salatiga Dandan Membangun Pendekatan Partai Parlemen
- Uji Materi Syarat Cawapres, Golkar Ingatkan MK Berpegang UUD 1945
Baca Juga
Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menyebut setidaknya ada dua makna di balik momen itu. Pertama, simbol junior dan senior.
"Yang mencium posisikan dirinya lebih junior atau lebih rendah, yang bersedia dicium posisinya kan lebih tinggi atau lebih senior. Relasinya adalah Nurmantyo posisi junior dan SBY adalah seniornya," ujar Emrus saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Senin (4/6).
Dengan kata lain cium tangan itu hal biasa dilakukan Gatot jika bertemu yang lebih senior.
Namun ia sangsi Gatot tidak punya kepentingan apapun di balik sikapnya itu. "Artinya yang mencium tangan ada sesuatu yang diinginkan," jelasnya.
Terlebih di tahun politik seperti sekarang dan Demokrat sendiri sejauh ini belum menunjukkan sinyal dukungan di Pemilihan Presiden 2019 nanti.
"Karena tidak mungkin dia mencium tangan kalau tidak ada sesuatu yang diperoleh dari orang yang dicium tangannya. Andaikan kalau ketemu biasa paling hanya salam komando karena sesama dari militer itu biasa, meski sudah pensiun, misal angkat tangan atau topi biasanya sambil bilang 'siap komandan'," tambah Emrus.
Sehingga wajar dinilainya momen Gatot cium tangan SBY menjadi pembicaraan politik secara tidak langsung.
"Ya kalau ada unsur politik bisa dimasukkan, tapi saya lebih lihat ini adalah komunikasi antara senior ke junior, terutama mereka berdua berlatar belakang militer," tutup Emrus.
- Unsur Sekjen Isi Tim Inti Pemenangan Jokowi
- Bawaslu Blora Bakal Beri Tindakan Tegas Terhadap Kades Tak Netral
- MUI: Ucapan Jokowi Tidak Etis!