Maraknya aksi teror belakangan ini justru bukan karena hard approach (pendekatan keras) atau penegakan hukum yang lemah.
- Prihatin Kasus Asusila, PKB Ajak Cek Rekam Jejak Pesantren
- Satu Kursi PDIP di DPRD Batang Kosong 4 Bulan
- Lutfi : Pasar Pusat Ekonomi Pilihan Masyarakat
Baca Juga
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Solahudin mengatakan, aksi teror yang naik daun belakangan ini justru karena soft approach (pendekatan lembut) yang tidak maksimal.
"Yang jadi soal itu penindakan terus berlangsung tapi makin banyak orang terlibat kasus terorisme. Jadi yang menjadi masalah itu ada di soft approach pemerintah Indonesia masih sangat lemah dalam program deradikalisasi kontra radikalisme," ujar Solahudin seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL
Demikian disampaikan Solahudin dalam diskusi bertajuk 'Cegah dan Perangi Aksi Teroris' di kantor Kominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (16/5).
Dia menjelaskan, hard approach adalah seperti yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam melakukan penegakan hukum dengan menangkap dan menahan para teroris. Sedangkan soft approach adalah deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Lihat kalau program deradikalisasi tidak maksimal, berarti apa, ada soal. Loh ini kok penindakan sudah, tapi kok pelaku tidak pidana makin terus-terusan," pungkas Solahudin.
- Netral Di Pilbup 2024, Muhammadiyah Wonosobo Berharap Tak Ada Calon Tunggal Lagi
- Langkah Nyata PBB untuk Masyarakat Kota Semarang
- Digitalisasi Layanan Publik Jadi Tema Debat Publik Kedua Pilkada Sukoharjo