Perangkat Desa di Batang Bunuh Diri, Tinggalkan Surat Pengakuan Pakai Dana PKH

Peristiwa bunuh diri seorang perangkat desa Wonobodro, Kecamatan Blado bernama Sudirno (53) menggegerkan warga setempat. Tubuh Kaur Perencanaan Desa Wonobodro itu ditemukan di rumah kosong depan balai desa.


Pelaku bunuh diri meninggalkan surat wasiat yang berisi pengakuannya menyelewengkan dana PKH dan mendapat tekanan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Kronologi penemuan tubuh Sudirno, saat istri almarhum bingung karena sudah waktunya makan siang tapi tidak kunjung pulang. Lalu istrinya mencari ke rumah kosong yang biasa dirawat suaminya.

"Saat bukak pintu, pak dirno sudah bunuh diri. Ditemukan sekitar pukul 12.30," kata Kepala Desa Wonobodro, Sri Indahsah di balai desa, Rabu (15/9).

Ia tidak tahu masalah apa yang dihadapi perangkatnya itu, meski Sudirno meninggalkan surat wasiat. Sri menuturkan pernah berinisiatif bertanya pada korban.

"Kalau saya tanya, jawabannya itu masalahnya sendiri, tidak usah ikut-ikut, malah ikut pusing. Begitu katanya," tuturnya.

Sudirno pun sudah beberapa tidak masuk kantor. Namun, ia menyatakan apapun masalah yang dialami pelaku tidak ada di Desa Wonobodro.

Sekretaris Desa Wonobodro, Sutikno menambahkan, korban juga turut membantu penyaluran bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Pelaku turut membantu menyalurkan sembako hingga dana ke penerima bantuan.

"Kalau yang menyalurkan kan pendamping PKH, mungkin membantu pendamping," katanya.

Korban turut menyalurkan bantuan ke beberapa desa termasuk desa Gerlang yang disebut pada surat wasiatnya. Teman korban, Heri menambahkan tahu bahwa teman sejak kecilnya itu punya masalah.

"Saya terakhir sama dia malam Sabtu kemarin, dia biasa tidak ada beban," ujarnya.

Terpisah, Kadus Gerlang, Desa Gerlang, Agus Riawan bercerita bahwa pelaku mengakui menggunakan uang PKH sekitar Rp150 juta untuk keperluan pribadi.

Dana yang dipakai itu pada anggaran tahun 2019 dan bukti itu dtemukan di buku pribadi di rumahnya.

"Warga pernah komplain (dana tidak sampai), terus melihat kondisi dia gak tega, mau gimana lagi. Yang penting bisa mengkondisikan masyarakat. Dulu sempat kabur juga," katanya.

Sepengetahuannya, almarhum juga menjadi supplier e-warung di beberapa desa. Ia mengakui tidak tahu soal LSM yang dimaksud.

"Saya tahunya di surat wasiat itu.  Kalau gerlang memang digelapkan," ucapnya.

Kapolsek Blado, AKP Budi Prayitno mengatakan kejadian bunuh diri terjadi pada Selasa 14 September 2021. Tubuh korban ditemukan sudah dalam keadaan menggantung dengan tali plastik.

"Tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan," ujarnya.

Berikut surat pengakuan pelaku bunuh diri :

'Duit tak lebur nyong, tak buat madon. Giliran man tak ganti kok jadi rebutan para LSM. Saya seperti ini karena perbuatan LSM Wahyuni Rudi, jangan bawa bawa anak istri saya. Anak istri tidak ada urusan. Siapapun yang mengkait kaitkan anak istri tak kejar sampai di manapun. Kelompok PKH Gerlang, iki pelunasan terakhir, sayange maune tidak ada saksi dan tidak ada bukti. Jalukna ngapuro karo anak bojo kabeh nek masalah utang urusane nyong kabeh, anak bojo ura urusane tapi nek duit PKH ne wong gerlang entek nang PL PL karo PSK dan LSM. 

Duit tak bagi-bagi nang wadonan sak ambane nggon wuni sak kabehe'.